Taubat di Bulan Ramadhan: Masih Ada Waktu Sedikit Lagi
loading...
A
A
A
DALAM kitab Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, di bab “fî al-Isti’ânah wa Dzikr Ramadhân”, Sayyid Abdul Aziz al-Darani (w. 697 H) menyebut bulan Ramadhan adalah saatnya inabah ( tobat ). "Wahai hamba-hamba yang lalai dari kebenaran, padahal telah dibukakan pintunya. Bersiaplah kalian untuk diterima, karena sekarang (Ramadhan) adalah waktunya pengijabahan (dikabulkan). Adam, ayah kalian, menangis karena satu dosa selama tiga ratus tahun (maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai mata [QS. Al-Hasyr: 2]).”
“Wahai hamba-hamba yang melakukan dosa , waspadalah atas ketergelinciran. Sebab, (sebuah kesalahan) bisa membuat orang yang mencintai mengatakan: (inilah perpisahan antara aku dan kau [QS. Al-Kahf: 78]). Bencana terbesar adalah perjalanan kendaraan menuju negeri Sang Kekasih (Allah yang Maha Mencintai) sementara dalam perjalanan mereka telah menyia-nyiakan waktu.”
Wahai orang yang dahulu punya hati yang sehat lantas sakit. Ingatlah kesalahanmu! Dulu, alangkah bagusnya hatimu dan begitu jernihnya minumanmu, maka perbanyaklah kesedihan atas musibah. Tidak ada alasan lagi bagimu kini selain menetapi pintu dokter (penyembuh). Jika kau tidak dapat berobat, menangislah! Karena tangisan adalah modal manusia yang fakir.” (Baca Juga: Sambut Ramadhan, Bersihkan Diri dengan Salat Taubat, Begini Caranya
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menyarankan untuk bergegas, jangan sampai penyia-nyian itu menghasilkan ungkapan dalam al-Qur’an (QS Al-Kahfi: 78), “hadza firâq bainî wa bainik—inilah perpisahan antara aku dan kau.”
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa manusia pada mulanya “fitrah” atau suci. Rasullullah bersabda, “kullu mauludin yuladu ‘ala al-fitrah—setiap kelahiran dilahirkan dalam keadaan suci.” Kemudian, dengan melakukan maksiat dan dosa, hati yang semula sehat berubah sakit.
Dengan sisa bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, masih belum terlambat untuk memulainya sekarang. Di bulan maghfirah (ampunan) dan ijabah (pengabulan) ini, akan sangat rugi jika kita hanya berdiam diri tanpa menuju atau berusaha untuk menggapai ampunan dan ridha-Nya. Dan tobat adalah tangga pertama untuk memulainya. Lalu, bagaimana cara dan ciri-ciri tobat yang benar?
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menggambarkan tobat yang benar dengan kalimat sebagai berikut:
والتوبة الصادقة تقطع آثار الذنب, إذا صدق التائب أنسي الله تعالي الملائكة ذنوبه وأنسي بقاع الأرض عيوبه ومحا من أم الكتاب زلاته ويحاسبه يوم القيامة عليها
“Tobat yang benar adalah memutus bekas pengaruh-pengaruh dosa. Jika benar tobat seseorang, Allah akan membuat malaikat lupa akan dosa-dosanya dan membuat penduduk bumi lupa akan aib-aibnya. Allah akan menghapus kesalahan/dosa-dosanya dari umm al-kitab dan menghisabnya secara langsung di hari kiamat kelak.”
Sederhananya, tobat yang benar adalah usaha sungguh-sungguh dalam memutus rantai kesalahan sekaligus bekas-bekasnya, dan membersihkan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari kesalahan-kesalahan itu. Jika kesalahan itu berkaitan dengan orang lain, dia harus meminta maaf dengan sungguh-sungguh agar orang itu memaafkannya.
Inilah alasan kenapa dalam ciri-ciri benarnya tobat seseorang ditandai dengan “Allah menjadikan para malaikat lupa akan dosa-dosanya dan menjadikan penduduk bumi lupa akan aib-aibnya.” Sebab, jika seseorang sungguh-sungguh bertobat, dia akan menyelesaikan dua tanggungannya sekaligus. (Baca Juga: Kisah Tobat Pembunuh 100 Orang yang Bikin Malaikat Berselisih
Pertama, tanggungannya kepada Allah, dan kedua, tanggungannya kepada makhluk-makhluk Allah. Tanggungan kepada Allah relatif mudah dilakukan, karena ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Pintu tobatnya selalu terbuka untuk hamba-hamba-Nya yang membutuhkan, bahkan yang telah bermaksiat berulang kali sekalipun.
Taubat Nasuha
Tobat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu'minin adalah tobat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya." (QS at-Tahrim: 8)
Kemudian apa makna tobat nasuha itu? Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: "artinya adalah, tobat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertobat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."
Sedangkan nasuha, menurut Syaikh Yusuf Qardhawy dalam at Tobat Ila Allah, adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperti kata syakuur dan shabuur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan shabir. Dan terma "n-sh-h" dalam bahasa Arab bermakna: bersih.
Dikatakan dalam bahasa Arab: "nashaha al 'asal" jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. "Sedangkan kesungguhan dalam bertobat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah," tuturnya.
Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari penipuan, kekurangan dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang paling sempurna. An nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy-(palsu).
Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar, Ibnu Mas'ud serta Ubay bin Ka'b r.a. bahwa pengertian tobat nasuha: adalah seseorang yang bertobat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan.
“Wahai hamba-hamba yang melakukan dosa , waspadalah atas ketergelinciran. Sebab, (sebuah kesalahan) bisa membuat orang yang mencintai mengatakan: (inilah perpisahan antara aku dan kau [QS. Al-Kahf: 78]). Bencana terbesar adalah perjalanan kendaraan menuju negeri Sang Kekasih (Allah yang Maha Mencintai) sementara dalam perjalanan mereka telah menyia-nyiakan waktu.”
Wahai orang yang dahulu punya hati yang sehat lantas sakit. Ingatlah kesalahanmu! Dulu, alangkah bagusnya hatimu dan begitu jernihnya minumanmu, maka perbanyaklah kesedihan atas musibah. Tidak ada alasan lagi bagimu kini selain menetapi pintu dokter (penyembuh). Jika kau tidak dapat berobat, menangislah! Karena tangisan adalah modal manusia yang fakir.” (Baca Juga: Sambut Ramadhan, Bersihkan Diri dengan Salat Taubat, Begini Caranya
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menyarankan untuk bergegas, jangan sampai penyia-nyian itu menghasilkan ungkapan dalam al-Qur’an (QS Al-Kahfi: 78), “hadza firâq bainî wa bainik—inilah perpisahan antara aku dan kau.”
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa manusia pada mulanya “fitrah” atau suci. Rasullullah bersabda, “kullu mauludin yuladu ‘ala al-fitrah—setiap kelahiran dilahirkan dalam keadaan suci.” Kemudian, dengan melakukan maksiat dan dosa, hati yang semula sehat berubah sakit.
Dengan sisa bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, masih belum terlambat untuk memulainya sekarang. Di bulan maghfirah (ampunan) dan ijabah (pengabulan) ini, akan sangat rugi jika kita hanya berdiam diri tanpa menuju atau berusaha untuk menggapai ampunan dan ridha-Nya. Dan tobat adalah tangga pertama untuk memulainya. Lalu, bagaimana cara dan ciri-ciri tobat yang benar?
Sayyid Abdul Aziz al-Darani menggambarkan tobat yang benar dengan kalimat sebagai berikut:
والتوبة الصادقة تقطع آثار الذنب, إذا صدق التائب أنسي الله تعالي الملائكة ذنوبه وأنسي بقاع الأرض عيوبه ومحا من أم الكتاب زلاته ويحاسبه يوم القيامة عليها
“Tobat yang benar adalah memutus bekas pengaruh-pengaruh dosa. Jika benar tobat seseorang, Allah akan membuat malaikat lupa akan dosa-dosanya dan membuat penduduk bumi lupa akan aib-aibnya. Allah akan menghapus kesalahan/dosa-dosanya dari umm al-kitab dan menghisabnya secara langsung di hari kiamat kelak.”
Sederhananya, tobat yang benar adalah usaha sungguh-sungguh dalam memutus rantai kesalahan sekaligus bekas-bekasnya, dan membersihkan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari kesalahan-kesalahan itu. Jika kesalahan itu berkaitan dengan orang lain, dia harus meminta maaf dengan sungguh-sungguh agar orang itu memaafkannya.
Inilah alasan kenapa dalam ciri-ciri benarnya tobat seseorang ditandai dengan “Allah menjadikan para malaikat lupa akan dosa-dosanya dan menjadikan penduduk bumi lupa akan aib-aibnya.” Sebab, jika seseorang sungguh-sungguh bertobat, dia akan menyelesaikan dua tanggungannya sekaligus. (Baca Juga: Kisah Tobat Pembunuh 100 Orang yang Bikin Malaikat Berselisih
Pertama, tanggungannya kepada Allah, dan kedua, tanggungannya kepada makhluk-makhluk Allah. Tanggungan kepada Allah relatif mudah dilakukan, karena ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Pintu tobatnya selalu terbuka untuk hamba-hamba-Nya yang membutuhkan, bahkan yang telah bermaksiat berulang kali sekalipun.
Taubat Nasuha
Tobat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu'minin adalah tobat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya." (QS at-Tahrim: 8)
Kemudian apa makna tobat nasuha itu? Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: "artinya adalah, tobat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertobat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."
Sedangkan nasuha, menurut Syaikh Yusuf Qardhawy dalam at Tobat Ila Allah, adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperti kata syakuur dan shabuur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan shabir. Dan terma "n-sh-h" dalam bahasa Arab bermakna: bersih.
Dikatakan dalam bahasa Arab: "nashaha al 'asal" jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. "Sedangkan kesungguhan dalam bertobat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah," tuturnya.
Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari penipuan, kekurangan dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang paling sempurna. An nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy-(palsu).
Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar, Ibnu Mas'ud serta Ubay bin Ka'b r.a. bahwa pengertian tobat nasuha: adalah seseorang yang bertobat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan.