10 Hari Terakhir, Hari-Hari Pembebasan dari Api Neraka

Selasa, 19 Mei 2020 - 04:05 WIB
loading...
A A A
Ikhtiar ini memerlukan hati tetap terjaga, jangan sampai terlena maka peluang akan jadi sia sia.

"Sangat terbuka bagi mukmin siapa saja mengganti api di genggamannya dengan kesucian dan keagungan Lailatul Qadar. Kesucian (purity) anugerah agung yang menyertai tajalli itulah yang harus digenggam dan dipertahankan hingga akhir zaman," tuturnya.

( )

Hati yang Hancur Dalam ikhtiar itu maka di hari yang tersisa di Ramadhan yang mulia ini, para ulama mengajak kita meningkatkan ikhtiar menuju kepada Allah dengan ibadah, tilawah, zikir, munajat, dan air mata. Mendekat kepadaNya dengan hati yang hancur.

Telah berlalu usia kita dan kita tidak sungguh-sungguh dalam berdoa dan bertaubat.

Syekh Abdul Karim pernah mengisahkan bahwa ketika Nabi Musa dan Fir’aun berlomba lomba untuk memutar arah aliran sungai nil, doa nabi Musa tidak dikabulkan Allah, justru doa Fir’aun yang dikabulkan.

Hal demikian karena sebelum duel itu Nabi Musa pulang tidur dan Fir’aun masuk ke kamar dan memohon pertolongan kepada Allah. (Fir’aun sebenarnya mengakui kebenaran Tuhan Musa, tapi ia memilih kesombongannya).

Dikisahkan juga para Sultan Turki Ustmani selalu mengirim surat ke Madinah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (meski beliau sudah wafat) untuk memohon syafaat atas suatu masalah besar yang mereka hadapi. Mereka mengakui kelemahan mereka dan tidak menyombongkan diri.

Dikisahkan pula bahwa Nabiyullah Adam memohon ampunan baru dimaafkan setelah 350 tahun.

Artinya, tidak ada yang datang dengan gratis tanpa usaha dan air mata. Allah bersama mereka yang hatinya hancur.

Doa Habib Ali Zainal Abidin dalam sujud beliau di Ka'bah ini sangat baik untuk melunakkan hati kita:

“Inilah hamba sahaya-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu. Inilah si malang-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu. Inilah si fakir-Mu rebah di halaman kebesaran-Mu.

Inilah pengemis-Mu di halaman kebesaran-Mu. Tuhanku, demi kebesaran-Mu, keagungan-Mu, dan kemuliaan-Mu, sekiranya sejak Engkau menciptakan aku, sejak masa permulaanku aku menyembah-Mu sekekal badai rububiyah-Mu, dengan setiap lembar rambutku, setiap kejam mataku sepanjang masa, dengan pujian dan syukur segenap makhluk-Mu, maka aku takkan mampu mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang paling tersembunyi padaku.

Sekiranya aku menggali tambang besi dunia dengan gigiku, dan menanami buminya dengan lembar-lembar alis mataku, dan menangis takut kepada-Mu dengan air mata dan darah sebanyak samudera langit dan bumi, maka semua itu kecil dibandingkan dengan banyaknya kewajibanku atas-Mu.

Sekiranya, setelah itu, Engkau menyiksaku dengan azab seluruh makhluk, Engkau besarkan tubuh dan ragaku, Engkau penuhi Jahanam pada seluruh sudutnya dengan tubuhku sehingga di sana tidak ada lagi yang disiksa selainku, tidak ada lagi kayu bakar selain diriku, maka semua itu kecil dibandingkan dengan keadilan-Mu dan besarnya hukuman-Mu yang harus kuterima mengingat dosa-dosa yang kulakukan.”

Menurut Moh Yasir Alimi, kalau kita benar-benar menginginkan Lailatul Qadar maka kita akan mendapatkannya. Bila kita mendekati Allah dengan keikhlasan dan kesungguhan maka bukan kita yang mencari Lailatul Qadar tapi Lailatul Qadar yang mencari kita.

Lupakan malam-malam tertentu, tingkatkan saja amal ibadah dengan niat yang ikhlas di hari yang tersisa dengan niat mengikuti sunnah nabi, maka Lailatul Qadar pasti akan menghampiri.

Kita niatkan malam penghujung Ramadhan ini adalah untuk merenungi malam pertama kita di alam barzah dan bekal kita menghadapi kegoncangan yaumil qiyamah dengan tenang dan iman kepada-Nya.

Sungguh sepuluh hari terakhir Ramadan adalah waktu yang spesial, tapi bagi Allah yang lebih spesial lagi adalah amal kita di dalamnya. Wallahu a'lam bishawab. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2549 seconds (0.1#10.140)