Perpisahan Sebentar Lagi, Apa Hasil Puasa Selama Ramadhan?

Senin, 18 Mei 2020 - 17:09 WIB
loading...
Perpisahan Sebentar Lagi,  Apa Hasil Puasa Selama Ramadhan?
Di antara ciri-ciri takwa itu dijelaskan dalam surah Ali Imran : 15-17. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
PUASA Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Ibadah puasa diperintahkan Allah kepada setiap mukmin agar bisa meraih takwa (QS al-Baqarah:183). Harapan setiap muslim tentu saja dapat meraih apa yang disebut takwa itu.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah : 183)

Takwa berasal dari akar kata waqa-yaqi-wiqayatan, infinitif (mashdar)-nya adalah wiqayah yang mengandung arti menjaga, memelihara, melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut azab (khasyyah dan al-khauf). Istilah takwa dan yang seakar dengannya terulang 258 kali dalam Alquran. ( )

Ibn Mas'ud (w 32 H) menyebut takwa kepada Allah adalah taat kepada-Nya dan tidak boleh berbuat maksiat, bersyukur kepada-Nya dan tidak boleh berbuat kekufuran, ingat kepada-Nya dan tidak boleh melupakan-Nya.

Prof Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, menyebut bahwa takwa terambil dari akar kata yang bermakna menghindar, menjauhi, atau menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah secara harfiah berarti, "Hindarilah, jauhilah, atau jagalah dirimu dari Allah"

Menurut Quraish, makna ini tidak lurus bahkan mustahil dapat dilakukan makhluk. Bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan "Dia (Allah) bersama kamu di mana pun kamu berada."

"Karena itu perlu disisipkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertakwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah," jelasnya.



Sebagaimana kita ketahui, menurut Quraish, siksa Allah ada dua macam.

Pertama, siksa di dunia akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan yang ditetapkan-Nya berlaku di alam raya ini, seperti misalnya: Makan berlebihan dapat menimbulkan penyakit; tidak mengendalikan diri dapat menjerumuskan kepada bencana atau api panas, dan membakar, serta hukum-hukum alam dan masyarakat lainnya.

Kedua, siksa di akhirat, akibat pelanggaran terhadap hukum syariat, seperti tidak shalat, puasa, mencuri, melanggar hak-hak manusia, dan 1ain-lain yang dapat mengakibatkan siksa neraka.



Syaikh Muhammad Abduh menulis, "Menghindari siksa atau hukuman Allah, diperoleh dengan jalan menghindarkan diri dari segala yang dilarangnya serta mengikuti apa yang diperintahkan-Nya. Hal ini dapat terwujud dengan rasa takut dari siksaan dan atau takut dari yang menyiksa (Allah Swt). Rasa takut ini, pada mulanya timbul karena adanya siksaan, tetapi seharusnya ia timbul karena adanya Allah Swt (yang menyiksa)."

Dengan demikian yang bertakwa adalah orang yang merasakan kehadiran Allah Swt setiap saat, "bagaikan melihat-Nya atau kalau yang demikian tidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari bahwa Allah melihatnya," sebagaimana bunyi sebuah hadis.

Quraish menambahkan, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, antara lain dengan jalan berpuasa. Puasa adalah satu ibadah yang unik. Keunikannya antara lain karena ia merupakan upaya manusia meneladani Allah Swt.

Puasa Meneladani Sifat-Sifat Allah
Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk. Nabi saw memerintahkan, "Takhallaqu bi akhlaq Allah" (berakhlaklah, teladanilah, sifat-sifat Allah).

Di sisi lain, manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa'ali, yaitu makan, minum, dan hubungan seks. Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya antara lain sebagai tidak mempunyai anak atau istri:

أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٌ

Artinya: Bagaimana Dia memiliki anak, padahal Dia tidak memiliki istri? (QS Al-An'am : 101)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)