Saudagar Yunus bin Ubaid, Selain Jujur Juga Wara

Minggu, 07 Juni 2020 - 09:22 WIB
loading...
Saudagar Yunus bin Ubaid,...
Wara bermakna menahan diri dari hal-hal yang tidak selayaknya. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
SAUDAGAR itu bernama Yunus bin Ubaid. Ia hidup di masa tabiin . Selain ramah, ia juga merupakan saudagar yang selalu mengedepankan kejujuran. Dalam sehari-harinya di pasar, Yunus menjual berbagai macam perhiasan, versi lainnya garment dan tekstil. ( )

Yunus ketika itu menjadi yang paling pertama membuka kiosnya. Seperti biasa, setelah selesai membuka kios, Yunus selalu menunaikan salat dua rakaat. Selama salat, beliau menitipkan semua jualannya kepada saudara laki-lakinya. "Kamu tunggu di sini. Saya akan segara kembali," kata Yunus kepada saudaranya seperti dikisahkan dalam buku 101 Kisah Muslim.

"Baik, saya juga sementara ini belum ke mana-mana," katanya.

Akhirnya Yunus berlalu meninggalkan kiosnya untuk melakukan kegiatan rutinnya sebelum memulai akad jual beli. Setelah beberapa menit Yunus meninggalkan kios, datang seorang pembeli dari kaum Badui.

Setelah melihat-lihat perhiasan di kios Yunus, akhirnya penduduk Badui itu mengajukan pertanyaan. "Berapa ini anak muda?" kata Badui kepada adik Yunus itu.

"Itu barang kita kasih harga empat ratus dirham," katanya.



Karena orang Badui itu suka melihat perhiasan yang dijual di kios Yunus, akhirnya orang Badui itu tidak mengajukan permintaan agar harga dapat diturunkan. Orang Badui itu langsung membelinya tanpa ada proses tawar-menawar dengan adik laki-laki Yunus itu. Ada sedikit kecurangan yang dilakukan oleh adik Yunus.

Ini lantaran tanpa sepengetahuan Yunus sang adik menjual harga dua kali lebih mahal dari harga yang sudah ditentukan, yakni 400 ratus dirham. Padahal, harga yang ditetapkan Yunus sebesar 200 dirham. Artinya, adik Yunus untung 200 dirham dari penjualan perhiasan itu.



Tanpa direncanakan, orang Badui yang baru saja beberapa saat meninggalkan kios Yunus itu bertemu Yunus di persimpangan.

Yunus menyapa lebih awal karena mengetahui barang yang dibawa orang Badui itu dibeli dari kiosnya. Lalu, Yunus bin Ubaid bertanya kepada orang Badui itu. "Berapakah harga barang ini kamu beli?" kata Yunus bertanya kepada Badui itu. Reputasi Yunus sebagai pedagang jujur cukup terkenal. Tanpa pikir panjang, orang Badui itu menjawab, "Empat ratus dirham," katanya.



Mendengar jawaban itu, Yunus kaget karena barang itu dijual hanya 200 dirham, bukan 400 dirham. "Tetapi, harga perhiasan ini sebenarnya hanya 200 dirham," kata Yunus.



Kelebihan
Karena Yunus merasa kasihan kepada sang pembeli, akhirnya ia meminta orang Badui itu kembali ke kedainya untuk mengambil kelebihannya. "Mari ke kios lagi supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara," kata Yunus meminta.

Namun, orang Badui itu menolak dengan halus. Alasannya ia sudah merasa cocok dengan barang dan harga yang diterimanya sebesar 400 dirham. "Sebab, di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham," katanya.



Akan tetapi, orang Badui itu menolaknya. Namun, Yunus memohon agar mau menerima ajakannya, mengambil kelebihan pembelian sebesar 200 dirham.

Melihat ketulusan Yunus akan mengembalikan kelebihannya, akhirnya orang Badui itu mau memenuhi permintaan Yunus kembali ke kiosnya. Setelah selesai mengembalikan kelebihan uang pembelian orang Badui, Yunus memanggil saudara laki-lakinya yang tidak amanah itu.



"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah SWT atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" tanya saudagar Yunus.

Namun, adik Yunus tidak mau disalahkan begitu saja. Ia berpikir, orang yang membelinya saja tidak keberatan dengan harga yang ditawarkan. Adiknya berpendapat, jika harga 400 ratus itu ditawar orang Badui tadi, ia akan menurunkan harganya sampai 200 dirham sehingga harga pokok penjualan tidak berkurang dari 200 dirham.



"Tetapi, ia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham," katanya mencoba mempertahankan bahwa ia di pihak yang benar.

Mendengar bantahan itu, Yunus berkata. "Ya, tetapi, di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri," katanya.



Wara
Tentang Yunus ada cerita lainnya. Pada suatu hari, Asma'i menceritakan dari Muamil bin Ismail, katanya: datang seseorang dari Syam ke pasar sutra dan berkata: "Apakah engkau memiliki kain seharga 400 dirham?"

"Kami memiliki yang seharga 200 dirham" Jawab Yunus bin Ubaid.



Bersamaan dengan itu terdengar suara azan salat sehingga Yunus pun pergi ke Bani Qusyair untuk salat berjamaah di sana. Ketika kembali dari salat, keponakannya telah menjual kain tersebut dengan harga 400 dirham. Diapun bertanya:
"Dari mana uang ini?"

"Itu hasil penjualan kain " jawab sang keponakan.

Yunus pun berkata kepada orang yang telah membeli kain itu, "Wahai hamba Allah, kain yang aku tawarkan itu harganya 200 dirham. Jika engkau suka ambillah dan ambil kembali kelebihan yang 200 dirham, jika tidak, maka tinggalkanlah."

"Siapa kamu?" tanya pembeli itu heran. ( )

"Aku adalah salah seorang dari kaum muslimin," jawab Yunus.

"Demi Allah, aku tanya siapa kamu dan namamu?" tanya orang itu sungguh-sungguh.

"Aku Yunus bin Ubaid" jawab Yunus.

Orang itu berkata, "Demi Allah, sungguh kami pernah berada di antara musuh. Ketika keadaan menjadi sulit, kami berseru: "Wahai Allah, Tuhan-nya Yunus, tolonglah kami" atau ungkapan seperti itu.



"Subhanallah, subhanallah (mahasuci Allah 2x)" ungkap Yunus terheran-heran.

Imam Az-Zahabi berkomentar: "Sanad riwayat kisah ini mursal (terputus)."

Amiyah bin Khalid berkata: "Seorang perempuan datang kepada Yunus membawa jubah sutra seraya berkata padanya: "Belilah ini!"

Baca Juga: Biografi Umar Bin Khattab, Khalifah Kedua yang Menaklukkan Romawi dan Persia
"Berapa?" tanya Yunus.

"500 dirham," jawab wanita itu.

"Jubah ini harganya lebih dari itu," Yunus memberi penilaian.

"600 dirham!" perempuan itu menambahkan.

"Jubah ini harganya lebih dari itu," komentar Yunus lagi, hingga mencapai 1000 dirham.



Basyar bin al-Mufadhal berkata: "Datang seorang wanita menjual kain sutra kepada Yunus bin Ubaid. Yunus bertanya kepadanya: "Berapa engkau jual?"

"60 dirham" Jawab wanita itu.

Yunuspun memperlihatkan pakaian itu kepada penjual di sebelahnya seraya berkata, "Bagaimana penilaianmu?"

"Itu harganya 120 dirham," penilaian penjual di sebelahnya.



"Aku rasa itulah harganya. Sekarang pulangalah dan mintalah izin dari keluargamu untuk menjualnya seharga 125 dirham," saran Yunus.

"Mereka telah memenyuruhku untuk menjualnya 60 dirham." tegas wanita itu.

"Kembalilah kepada kelurgamu dan mintalah izin untuk menjualnya seharga yang aku sebutkan," perintah Yunus.

Sa'id bin Amir ad-Dob'iy berkata, bercerita kepada kami Asma bin Ubaid, katanya: "Aku mendengar Yunus bin Ubaid berkata: "Tidak ada yang lebih mulia daripada dua hal: dirham yang halal dan seseorang yang beramal di atas Sunnah."



An-Nadhr bin Syamil berkata: "Jika harga sutra naik, maka Bashrahlah kota yang lebih dulu naik. Yunus bin Ubaid adalah saudagar sutra, dia mengetahui kenaikan harga itu. Ketika Ubaid membeli barang dagangan dari seorang rekanannya senilai 30.000 dirham, seusai transaksi Yunus bertanya kepada rekanannya itu: "Apakah engkau tahu kalau barang-barang ini harganya tinggi di kota ini dan itu?"

"Tidak, jika aku tahu mungkin aku tidak menjualnya," jawab rekanannya itu.



"Baiklah, kembalikan uangku dan ambil kembali barang daganganmu," pinta Yunus.

Rekanannya itupun mengembalikan uangnya dan mengambil kembali barang dagangannya.

"Tidaklah seseorang itu dibuat gelisah oleh mata pencahariannya melainkan juga akan dibuat gelisah ke mana digunakan," ucap Yunus sebagaimana diceritakan Hammad bin Salamah.(Baca juga: 2 Amalan Ini Dapat Membersihkan Hati yang Berkarat )
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4101 seconds (0.1#10.140)