Iman Kepada Allah: Ibadah Hati yang Paling Dicintai Allah
loading...
A
A
A
Banyak riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, Asma' menempatkan urutan pertama adalah iman kepada Allah.
Ini kali kita bahas poin pertama ini terlebih dahulu, yakni amal yang sangat dicintai Allah adalah iman kepada-Nya.
Pendapat ini didasarkan kepada sebuah hadis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أحبُّ الأعمال إلى الله إيمانٌ بالله))
“Ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala adalah iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.”
Iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala (SWT) adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT dalam ibadah, dan ia adalah dengan mengosongkan untuk Allah SWT dengan amal hati dan anggota tubuh mengikutinya, karena iman adalah rakyat dan amalan yang sangat banyak.
Di antaranya ada yang termasuk amal hati , di antara adalah amal anggota tubuh, dan yang lebih wajib adalah amal hati, ia lebih wajib dalam setiap waktu dan kepada semua mukallaf. Apabila sirna amal hati sirnalah iman.
Sebagaimana kebaikan semua amal iman yang nampak –maksudnya amal anggota tubuh- diterima dan baiknya tergantung kebaikan iman hati yang merupakan dasar. Karena itulah, Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya ‘Bada`iul Fawaid’: Mengenal hukum-hukum hati lebih penting dari pada mengenal hukum-hukum anggota tubuh, karena ia adalah dasar dan hukum-hukum anggota tubuh merupakan cabang darinya.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa juga menyebut amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya. ( ).
Amalan hati memiliki kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar daripada amalan badan. Sebagaimana dosa hati lebih besar daripada dosa badan. Oleh karena itu kita dapati; dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada dosa zina, riba, minum khamr, judi dst.
Dasar agama dan kaidahnya di sisi seorang mukmin bertolak dari amal hati yang dimulai dengan menerima keindahan ilmu dan berita-berita Rabbani yang berbuah darinya semua amal hati, seperti yakin kepada Allah SWT, mengikhlaskan agamanya bagi-Nya, mencintai-Nya, tawakkal kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, sabar terhadap hukumnya secara taqdir dan syar’i, takut dari-Nya, berharap kepada-Nya, loyal pada-Nya, hina, tunduk dan kembali kepada-Nya, tenang dengan-Nya, dan selain yang demikian itu sangat banyak.
Dan manusia dalam amal iman secara lahir dan batin berbeda-beda dalam kedudukan dan derajat mereka menurut kadar menunaikannya secara jumlah dan cara.
Di antara mereka adalah zalim terhadap dirinya, di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada yang terdahulu dengan kebaikan, dan setiap golongan dari tiga golongan ini ada kedudukan yang tidak bisa menghitungnya kecuali Allah SWT.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata saat menerangkan hadis: ‘Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah...al-Hadits: Padanya merupakan isyarat bahwa kebaikan gerakan hamba dengan anggota tubuhnya, menjauhinya bagi yang diharamkan, dan menjauhinya bagi yang syubhat adalah menurut kebaikan gerakan hatinya.
Jika hatinya salim (bersih, selamat) tidak ada padanya selain mencintai Allah SWT, mencintai yang dicintai Allah SWT, takut kepada Allah SWT dan takut terjerumus pada sesuatu yang dibenci-Nya- niscaya baik semua gerakan tubuh, muncul darinya menjauhi semua yang diharamkan, dan menjauhi yang syubhat karena khawatir terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Di sini nampak pertanyaan: kenapa iman merupakan ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
Menurut Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid, karena dalam merealisasikannya merupakan merasa cukup dengan SWT tanpa membutuhkan dari semua makhluk, arahan hati hanya kepada-Nya saja, dan mengosongkan diri dari selain-Nya.
Inilah hakikat ibadah yang karenanyalah Allah SWT menciptakan jin dan manusia, menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul, dan menjadikan pahala dan siksa.
Ibnu Taimiyah berkata –dalam Majmu’ Fatawa’: Hati akan selalu membutuhkan makhluk kecuali bahwa Allah SWT menjadi Tuhannya yang ia tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali dengan-Nya, tidak bertawakkal kecuali atas-Nya, tidak senang kecuali dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, tidak membenci kecuali yang dimurkai dan dibenci-Nya, tidak loyal kecuali orang yang Allah SWT kepadanya. Tidak memusuhi kecuali orang yang dimusuhi oleh Allah SWT. Tidak melarang kecuali karena Allah SWT.
Maka setiap kali kuat kemurniaan agamanya kepada Allah SWT niscaya sempurna penghambaan dan merasa kayanya dari semua makhluk, dan dengan kesempurnaan ubudiyahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala membebaskannya dari kufur dan syirik.
Inilah amal yang utama dan selainnya berada di bawahnya dalam keutamaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. ( ).
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai Allah. Dari yang belasan itu, Asma' menempatkan urutan pertama adalah iman kepada Allah.
Ini kali kita bahas poin pertama ini terlebih dahulu, yakni amal yang sangat dicintai Allah adalah iman kepada-Nya.
Pendapat ini didasarkan kepada sebuah hadis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أحبُّ الأعمال إلى الله إيمانٌ بالله))
“Ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala adalah iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.”
Iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala (SWT) adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT dalam ibadah, dan ia adalah dengan mengosongkan untuk Allah SWT dengan amal hati dan anggota tubuh mengikutinya, karena iman adalah rakyat dan amalan yang sangat banyak.
Di antaranya ada yang termasuk amal hati , di antara adalah amal anggota tubuh, dan yang lebih wajib adalah amal hati, ia lebih wajib dalam setiap waktu dan kepada semua mukallaf. Apabila sirna amal hati sirnalah iman.
Sebagaimana kebaikan semua amal iman yang nampak –maksudnya amal anggota tubuh- diterima dan baiknya tergantung kebaikan iman hati yang merupakan dasar. Karena itulah, Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya ‘Bada`iul Fawaid’: Mengenal hukum-hukum hati lebih penting dari pada mengenal hukum-hukum anggota tubuh, karena ia adalah dasar dan hukum-hukum anggota tubuh merupakan cabang darinya.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa juga menyebut amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya. ( ).
Amalan hati memiliki kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar daripada amalan badan. Sebagaimana dosa hati lebih besar daripada dosa badan. Oleh karena itu kita dapati; dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada dosa zina, riba, minum khamr, judi dst.
Dasar agama dan kaidahnya di sisi seorang mukmin bertolak dari amal hati yang dimulai dengan menerima keindahan ilmu dan berita-berita Rabbani yang berbuah darinya semua amal hati, seperti yakin kepada Allah SWT, mengikhlaskan agamanya bagi-Nya, mencintai-Nya, tawakkal kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, sabar terhadap hukumnya secara taqdir dan syar’i, takut dari-Nya, berharap kepada-Nya, loyal pada-Nya, hina, tunduk dan kembali kepada-Nya, tenang dengan-Nya, dan selain yang demikian itu sangat banyak.
Dan manusia dalam amal iman secara lahir dan batin berbeda-beda dalam kedudukan dan derajat mereka menurut kadar menunaikannya secara jumlah dan cara.
Di antara mereka adalah zalim terhadap dirinya, di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada yang terdahulu dengan kebaikan, dan setiap golongan dari tiga golongan ini ada kedudukan yang tidak bisa menghitungnya kecuali Allah SWT.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata saat menerangkan hadis: ‘Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah...al-Hadits: Padanya merupakan isyarat bahwa kebaikan gerakan hamba dengan anggota tubuhnya, menjauhinya bagi yang diharamkan, dan menjauhinya bagi yang syubhat adalah menurut kebaikan gerakan hatinya.
Jika hatinya salim (bersih, selamat) tidak ada padanya selain mencintai Allah SWT, mencintai yang dicintai Allah SWT, takut kepada Allah SWT dan takut terjerumus pada sesuatu yang dibenci-Nya- niscaya baik semua gerakan tubuh, muncul darinya menjauhi semua yang diharamkan, dan menjauhi yang syubhat karena khawatir terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Di sini nampak pertanyaan: kenapa iman merupakan ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
Menurut Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid, karena dalam merealisasikannya merupakan merasa cukup dengan SWT tanpa membutuhkan dari semua makhluk, arahan hati hanya kepada-Nya saja, dan mengosongkan diri dari selain-Nya.
Inilah hakikat ibadah yang karenanyalah Allah SWT menciptakan jin dan manusia, menurunkan kitab-kitab, mengutus para rasul, dan menjadikan pahala dan siksa.
Baca Juga
Ibnu Taimiyah berkata –dalam Majmu’ Fatawa’: Hati akan selalu membutuhkan makhluk kecuali bahwa Allah SWT menjadi Tuhannya yang ia tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, tidak meminta tolong kecuali dengan-Nya, tidak bertawakkal kecuali atas-Nya, tidak senang kecuali dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, tidak membenci kecuali yang dimurkai dan dibenci-Nya, tidak loyal kecuali orang yang Allah SWT kepadanya. Tidak memusuhi kecuali orang yang dimusuhi oleh Allah SWT. Tidak melarang kecuali karena Allah SWT.
Maka setiap kali kuat kemurniaan agamanya kepada Allah SWT niscaya sempurna penghambaan dan merasa kayanya dari semua makhluk, dan dengan kesempurnaan ubudiyahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala membebaskannya dari kufur dan syirik.
Inilah amal yang utama dan selainnya berada di bawahnya dalam keutamaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. ( ).
(mhy)