Sholat Sudah Dilakukan Pada Masa Nabi Ibrahim, Begini Tata Caranya

Kamis, 16 Desember 2021 - 09:09 WIB
loading...
Sholat Sudah Dilakukan Pada Masa Nabi Ibrahim, Begini Tata Caranya
Sholat Nabi Ibrahim pada waktu peristiwa kurbannya menjadi ketetapan sholat wajib bagi kaum muslimin. (Ilustrasi : Ist)
A A A
Tata cara sholat Nabi Ibrahim as pada waktu peristiwa kurban menjadi ketetapan sholat wajib bagi kaum muslimin atau umat Nabi Muhammad SAW. Kala itu Nabi Ibrahim sholat 4 rakaat. Tiap rakaat memiliki tujuan yang berbeda.

Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena Allah telah mengganti kurbannya dengan tebusan (diganti dengan gibas).

Rakaat kedua sebagai tanda syukur karena Allah telah menghilangkan kesedihan mengenai anak yang dicintainya.

Rakaat ketiga untuk memohon keridhaan Allah SWT atas dirinya.

Rakaat keempat sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan dengan sembelihan seekor domba gibas yang diturunkan dari surga.



Di luar itu, bila kita tarik ke belakang, Nabi Ibrahim banyak melakukan sholat. Dalam buku "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi" karya Syamsuddin Noor dijelaskan dalam kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim as, Al-Quran mengisahkan kejadian pada saat ia pergi membawa Ismail (putranya) dan Hajar (istrinya/ibu Ismail) ke tanah Makkah. Pada saat itu, Makkah hanyalah sebuah lembah gurun yang tidak dihuni oleh manusia.

Nabi Ibrahim as berkata dalam doanya kepada Allah SWT:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS Ibrahim : 37)

Nabi Ibrahim as tidak menyebutkan amal pokok selain sholat dalam doanya. Hal ini menunjukkan bahwasanya tidak ada amal yang lebih utama dan lebih agung selain sholat. Tidak ada yang menafikkan (mengingkari) pernyataan ini. Demikian menurut Muhammad bin Nasr Al-Maruzi dalam “Ta zhimu Qadrish Shalah”.

Kemudian, dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ


Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang orang yang rukuk dan sujud.” ( QS Al-Hajj : 26)

Imam Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as diperintahkan membangun kembali Ka'bah (yang pernah ada di dataran Makkah sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi), mereka berdua memperoleh petunjuk di mana letak Ka'bah itu. Kemudian, menggali tanahnya untuk membuat pondasi. Saat itu pula Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada Ibrahim as (ayat di atas) yang isinya:

Pertama, memerintahkan agar tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain (seperti dengan patung-patung persembahan).

Kedua, perintah untuk memfungsikan Ka'bah sebagaimana mestinya, yakni menyucikan Ka'bah yang merupakan rumah Allah dari adanya patung-patung sebagai persembahan yang ditaruh di sekelilingnya (berbuat musyrik).

Ketiga, Baitullah diperuntukkan sebagai thawaf (Litthaa iffin).

Keempat, Baitullah adalah kiblat sholat atau tempat menghadap ketika berdiri, rukuk, dan sujud dalam sholat (Wal Qaa'imiina Warrukka' issujuudi). (Imam Thabari, "Al-Jawaami' ul Bayan? 18/604)

Dari keterangan ayat di atas, kita dapat memahami bahwa sholat adalah perkara wajib setelah kewajiban mengesakan Allah dengan tidak membuat persekutuan dengan yang lainnya. Maka, Allah SWT telah meletakkan dasar tata cara sholat itu dengan berdiri, rukuk, sujud, dan menghadap Baitullah (Ka'bah). Demikianlah yang telah diperintahkan dalam syariat Nabi Ibrahim AS, termasuk manasik haji.



Mendirikan Sholat
Pada keterangan ayat lainnya, disebutkan bahwa dasar pokok syariat Nabi Ibrahim AS selain kewajiban memurnikan ke-Esa-an Tuhan, Allah pencipta langit, bintang-bintang, bulan, matahari dan bumi, juga mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Allah jelaskan hal ini dalam surat Al-Anbiya ayat 71—73:

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا صَالِحِينَ
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ


Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri (Syam dan Palestina) yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” ( QS Al-anbiya : 71—73)

Ayat ini memerintahkan agar Nabi Ibrahim mengerjakan amal-amal kebaikan (termasuk di dalamnya adalah sholat) dan menjauhi segala maksiat. Meskipun sebenarnya amal-amal kebaikan itu telah mencakup di dalamnya sholat dan zakat, tetapi Allah masih mengkhususkan juga sebutan sholat dan zakat.

Hal ini tentu memberi petunjuk kepada kita bahwa sholat dan zakat memiliki kedudukan penting dalam syariat Nabi Ibrahim as dan generasi setelahnya, yaitu Nabi Ishaq as dan cucunya, Ya'qub as (putra dari Nabi Ishaq as yang kelak dari keturunan inilah lahir bangsa Yahudi).

Intinya, dasar-dasar pokok syariat setiap nabi itu sama yaitu meng-Esa-kan Allah SWT, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Dasar-dasar syariat tersebut akan terus dilanjutkan oleh generasi Nabi Ibrahim as selanjutnya, yaitu dari kedua putranya, Nabi Ismail as dan Nabi Ishaq as, atau cucunya, Yakub as sampai kepada nabi terakhir, Muhammad SAW .



Sholat Pagi dan Petang
Di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT banyak menyebutkan berbagai keutamaan dan karya nyata (amal saleh) Nabi Ibrahim AS yang dikenang manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, beliau dipuji oleh Allah SWT sebagai hamba yang dapat menyempurnakan janjinya, yakni memenuhi perintah Allah dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman:

وَاِبۡرٰهِيۡمَ الَّذِىۡ وَفّٰىٓ


Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (wafa).” ( QS An-Najm : 37)

Di antara pemenuhan janji Nabi Ibrahim as ialah menegakkan sholat yang diwajibkan kepadanya. Kemudian, membangun kembali Baitullah yang pernah ada di muka bumi ini sejak Adam diturunkan dari surga (Baitullah itu lenyap ketika terjadi banjir pada masa Nabi Nuh as). Allah SWT menegaskan bahwa Baitullah adalah tempat thawaf dan mendirikan sholat.

Selain itu, Nabi Ibrahim as juga melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail as sebagai kurban (namun Allah kemudian menggantinya dengan seekor domba). Sungguh, Nabi Ibrahim as adalah Nabi yang dipuji Allah dan nabi yang dianugerahi gelar Khalilullah (kekasih Allah).

Al-Mujahid berkata, “Menyempurnakan janji, maksudnya melaksanakan segala yang diwajibkan Allah SWT."

Pendapat ulama lainnya mengatakan bahwa "pemenuhan janji" pada ayat tersebut maksudnya Nabi Ibrahim as selalu bertasbih pada waktu pagi dan sore (sholat). Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sabda Rasulullah SAW:

Dari Anas RA dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda, “Maukah kalian aku beri tahu karena apa Ibrahim disebut sebagai kekasih-Nya yang selalu memenuhi janji? Sesungguhnya dia itu selalu berdoa pada waktu pagi dan sore.

“Maka bertasbihlah kepada Allah pada waktu kamu berada pada petang hari dan waktu kamu berada pada waktu pagi. dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan pada waktu kamu berada pada petang hari dan pada waktu kamu berada pada waktu Zuhur. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)” (QS Ar Ruum: 17-19) (HR Abu Daud dan Ahmad).

Pendapat lain mengatakan bahwa Nabi Ibrahim as adalah orang yang tekun beribadah dalam kesehariannya. Pendapat ini pun didasarkan kepada sabda Rasulullah SAW:

Dari Abi Umamah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda (tentang ayat 37 surat An-Najm), "Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (wafa). Beliau berkata, "Apakah kalian tahu apa yang dimaksud 'Al-Wafaa' (pemenuhan janji). Mereka para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih tahu.”

Rasulullah SAW kemudian bersabda, 'Al-Waffa adalah mengerjakan amal harian, yakni sholat empat rakaat pada awal hari (pagi).” (HR Thabrani dalam “Musnad Syamiyin”)

Imam Thabari mengatakan, pendapat lebih tepat ialah Nabi Ibrahim as orang yang memenuhi janji seluruh syariat Islam dan semua yang diperintahkan dari macam-macam bentuk ketaatan kepada Allah. Alasannya, karena Allah SWT menyebutkan kata “menyempurnakan janji" lebih bersifat umum kepada pemenuhan janji Nabi Ibrahim as terhadap semua yang diwajibkan Allah SWT dan tidak dikhususkan kepada sebagian tanpa yang lainnya.

Kemudian, dalam riwayat hadits Abi Hatim, Ibn Mardawih, AsSyirazi dalam kitabnya “Al-Alqab" dan dalam riwayat Ad-Dailami dengan sanad (silsilah periwayatan hadits) hadits yang lemah, terdapat tambahan kalimat dalam hadits dari Umamah di atas, yaitu:

“Nabi Ibrahim AS biasa melakukan sholat pada awal hari (pagi) dan diperkirakan sholatnya adalah sholat Dhuha.”

Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa:

Pertama, Nabi Ibrahim adalah orang yang taat dalam menjalankan semua yang disyariatkan kepadanya, seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji, dan berkurban.

Kedua, Nabi Ibrahim adalah orang yang mendirikan sholat pada waktu pagi (Dhuha) dan petang (Ashar).



Perintah Berkorban
Diterangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah berkurban, beliau melaksanakan sholat empat rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT. Jadilah hal itu sebagai sholat Zuhur, sebagaimana kita mendirikannya sebagai sholat wajib yang lima waktu sekarang. Al-Imam Haqqi menyebutkan sebuah riwayat:

“Bahwasanya orang pertama yang mendirikan sholat setelah tergelincirnya matahari, yaitu Nabi Ibrahim as, pada saat Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih anak yang dicintainya lalu diganti oleh Allah SWT dengan tebusannya (seekor gibas) pada waktu zuhur, ia sholat empat rakaat sebagai tanda syukur kepada Allah atas hilangnya kesedihan anaknya, atas turunnya tebusan (pengganti dari surga) Ismail dengan seekor gibas, dan atas keridhaan Allah ketika melaksanakannya bahwa sungguh kebenaran telah tampak, serta atas kesabaran anaknya terhadap pelaksanaan perintah penyembelihannya dan kesusahannya.”

Maka, Nabi Ibrahim as dengan serta-merta bersujud kepada Allah dengan melakukan sholat empat rakaat.

Rasulullah SAW menetapkan hari berkurbannya Nabi Ibrahim sebagai hari raya (Idul Adha). Sebab, hal tersebut merupakan peristiwa yang agung dalam sejarah Nabi Ibrahim as. Beliau bersabda:

Diriwayatkan dari Syu'bah dari Zubaid dari Syi'bi dari Bara', ia berkata, Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami pada hari Nahar (hari pertama Idul Adha).

Beliau bersabda, "Sesungguhnya perkara yang pertama kita lakukan pada hari ini adalah kita melaksanakan sholat, kemudian kembali pulang ke rumah, lalu berkurban (menyembelih hewan kurban). Barangsiapa mengerjakannya maka dia telah melaksanakan sunah kami (para nabi). Barangsiapa yang menyembelih kurbannya sebelum mendirikan sholat Idul Adha, sesungguhnya dia hanya memperoleh daging-daging hanya untuk santapan keluarga dan tidaklah ia memperoleh bagian dari ibadah (berkurban).” (HR Bukhari dan Baihaqqi).

Imam Ahmad berkata, "Dan Allah Azza Wa Jalla memerintahkan kepada kekasih-Nya, Nabi Ibrahim as, agar menyembelih putranya sendiri. Tatkala ia hendak melaksanakan perintah-Nya, Allah SWT menjadikan peristiwa itu sebagai pengorbanan yang agung. Maka, ditetapkanlah bahwa jalan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mengalirkan darah karena Allah Ta'ala sebagai sunah para nabi. Semoga Allah merahmati mereka semua. Berkurban adalah sebagian dari amal yang diperintahkan bagi umat Islam dengan mengikuti sunah para nabi, khususnya dalam berkurban ini”

Demikian bahwa sholat Nabi Ibrahim pada waktu peristiwa kurbannya menjadi ketetapan sholat wajib bagi kaum muslimin (umat Nabi Muhammad SAW). Ada yang berpendapat bahwa orang pertama yang melaksanakan sholat Zuhur adalah Nabi Daud as .

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1166 seconds (0.1#10.140)