Doa Nabi Hud agar Istri-Istri Kaum Raksasa Mandul dan Azab Allah Terhadap Kabilah Ad

Selasa, 08 Februari 2022 - 05:15 WIB
loading...
Doa Nabi Hud agar Istri-Istri Kaum Raksasa Mandul dan Azab Allah Terhadap Kabilah Ad
Kaum Ad diciptakan oleh Allah dengan postur, perawakan, dan kekuatan yang lebih besar dari pada manusia lain yang hidup pada zaman itu. Allah membinasakan Kaum Ad dengan angin topan yang sangat dingin. (Foto/Ilustrasi : Ist)
A A A
Nabi yang diutus setelah Nabi Nuh adalah Nabi Hud bin ‘Abdillah bin ‘Aush, salah satu putra Sam bin Nuh. Dia termasuk bagian dari kabilah ‘Ad. Mereka orang-orang Arab yang menempati al-Ahqaf, yaitu sebuah pegunungan pasir yang terletak di daerah Yaman antara Oman dan Hadramaut yang dekat ke laut asin.

Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukuyang telah diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”menyebutkan kaum Ad adalah kaum pertama yang menyembah berhala setelah terjadinya bencana banjir. Mereka diciptakan oleh Allah dengan postur, perawakan, dan kekuatan yang lebih besar dari pada manusia lain yang hidup pada zaman itu.



Kabilah-kabilah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Jalijan yang tingginya sekitar 100 siku. Oleh karena itu, ketika berdiri dia bisa menutupi matahari dari bumi, dan ketika dia meletakkan lengannya di atas sebuah gunung, dia bisa menghancurkannya dari semua sisinya.

Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa tinggi dari postur laki-laki kaum ‘Ad adalah 100 siku dan yang paling pendeknya seukuran 60 siku. Mereka belum mencapai dewasa kecuali setelah berumur 100 tahun.

Mereka bisa mencapai umur lebih dari 400 tahun, tidak pernah terlihat orang-orang kalangan mereka yang meninggal dan belum pernah ditemukan jenazah. Ukuran kepala mereka kira-kira sebesar kubah yang besar. Mereka adalah kaum yang kejam dan menyembah berhala.

Wahab bin Munabbih adalah salah seorang pemuka Tabi'in dan ahli dalam bidang sejarah. Ia diperkirakan berasal dari Arab Selatan dan berketurunan Persia dengan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kitab suci dan tradisi dari Yahudi dan Nasrani, sehingga memiliki banyak riwayat kisah Israiliyat.

Menurut dia, 60 orang laki-laki dari kaum Musa pernah berteduh di dalam tengkorak kepala seorang laki-laki dari kaum Amalaqah. Zaid bin Aslam mengatakan, “Aku pernah melihat seekor serigala beserta anak-anaknya sedang berkumpul dalam kelopak mata seorang laki-laki dari kaum Amalaqah. Dan aku pernah menimbang satu gigi gerahamnya, ternyata beratnya mencapai 10 kati.”



Doa Nabi Hud
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika kejahatan kaum itu kian memuncak, Allah mengutus Hud.

Jibril turun kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum ‘Ad. Berilah mereka peringatan dan beritahukanlah mereka bahwa Aku (Allah) telah memberi mereka tempo yang lama dan mereka telah Aku beri kekuatan yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelum mereka."

"Aku jadikan mereka para pembesar yang menguasai emas dan menjadikan mereka sebagai orang yang paling panjang umurnya. Datanglah kepada mereka dan serulah mereka untuk bertauhid agar mereka kembali dari menyembah berhala kepada menyembah Allah.”

Nabi Hud datang kepada mereka pada waktu hari raya mereka. Di sana, para pembesar sedang berkumpul dan Raja Jalijan duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas. Kepalanya memakai mahkota bertatahkan permata yang megah.

Mereka tidak menyadari apapun kecuali suara Hud yang mengatakan: “Wahai orang-orang, beribadahlah kalian kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Kalian tidak memiliki tuhan kecuali Dia. Berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah ini adalah yang menyebabkan kaum Nuh, sebelum kalian, ditenggelamkan.”

Ketika Raja Jalijan melihatnya, dia berkata, “Celaka engkau wahai Hud. Apakah engkau menyangka, dengan kelompok kami, dan kukuhnya kekuatan kami ini, bisa mengalahkan kami dengan pernyataan-pernyataan tersebut? Tidak tahukah engkau bahwa setiap sehari semalam seribu anak kami terlahir?”

Tatkala Hud merasa bosan mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak mendengarkannya, dia memohon kepada Allah agar wanita-wanita mereka dimandulkan sehingga pada tahun itu tidak ada satupun wanita yang hamil.

Mereka mengadukan hal tersebut kepada Raja Jalijan. Mereka berkata, “Sesungguhnya Hud telah membuat istri-istri kami mandul. Kami khawatir apa yang dikatakannya itu memang benar.”

Kemudian Allah mewahyukan kepada Hud, “Kabarkanlah kepada kaummu agar mereka beriman kepada-Ku. Jika mereka tetap tidak beriman, maka akan Aku kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan.”

Ketika mereka mendengar kabar itu dari Hud, mereka melemparinya dengan batu. Hud tetap mengajak mereka selama 70 tahun dan di saat itu mereka terus-menerus melemparinya dengan batu.

Ketika Hud merasa putus asa dengan mereka, dia berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau tahu bahwa sesungguhnya aku telah menyampaikan risalah-Mu kepada kaum ‘Ad, tetapi mereka tetap dalam kekafiran mereka karena kesesatan mereka yang nyata.”

Selanjutnya, Allah menghentikan hujan dari mereka selama tujuh tahun. Setelah tanah mereka mengering, hewan-hewan ternak mereka binasa, sementara kebutuhan mereka kian meningkat sehingga mereka banyak yang mati hingga mencapai setengahnya.



Delegasi Kaum Ad
Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul "Qashash Al-Anbiyaa" mengatakan kaum Ad sempat mengirim delegasi ke Baitul Haram untuk berdoa.

Menurut Ibnu Katsir, terkait doa yang mereka panjatkan, para ulama tafsir dan ulama lainnya menukilkan sebuah riwayat yang pernah disebutkan oleh Imam Muhammad bin Ishaq bin Yashar yang mengisahkan sbb:

Ketika kaum Ad terus menolak dan memilih untuk kafir kepada Allah, maka setelah itu mereka dilanda kekeringan selama tiga tahun tanpa ada hujan sedikit pun, hingga kehidupan mereka terasa semakin sulit.

Dan pada masa itu, jika masyarakat merasa sedang dalam kesulitan mereka meminta kepada Allah untuk dibebaskan dari kesulitan itu, dengan cara mendatangi rumah suci di tanah Haram, dan cara itu dikenal oleh seluruh masyarakat pada zaman itu.

Saat itu, tanah Haram ditinggali oleh Bani Amalik, yaitu keturunan dari Imlik bin Laudz bin Sam bin Nuh.

Sedangkan orang yang dituakan di sana adalah seorang laki-laki yang bernama Muawiyah bin Bakar, dan kebetulan ibunda Muawiyah yang bernama Jalhadzah binti Al-Khaibari juga berasal dari kaum Ad.

Kemudian, kaum Ad mengutus delegasinya yang kira-kira berjumlah tujuh puluh orang, mereka ditugaskan untuk berdoa di tanah Haram memohon agar kaumnya segera diturunkan hujan.

Lalu sesampainya delegasi itu di Kota Mekkah, mereka langsung menemui Muawiyah bin Bakar dan menceritakan kondisi masyarakat mereka, kemudian mereka meminta izin kepada Muawiyah untuk menetap di sana untuk sementara.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2647 seconds (0.1#10.140)