Kisah Umar Bin Khattab Kesal Atas Keputusan Rasulullah SAW Berunding dengan Kaum Kafir

Kamis, 28 April 2022 - 21:23 WIB
loading...
A A A
“Ya, memang,” jawab Nabi.

“Bukankah kita ini Muslimin?” tanya Umar lagi.

“Ya, memang!”

“Bukankah mereka kaum musyrik?”

“Ya, benar!”

“Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?” ujar Umar

Lalu kata Rasulullah: "Saya hamba Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak akan melanggar perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyesatkan saya."



Dengan jawaban itu Umar terdiam. Setelah itu kemudian beliau pernah berkata: "Saya masih mengeluarkan zakat, berpuasa, sholat dan membebaskan budak di antara yang saya kerjakan waktu itu, sebab saya khawatirkan kata-kata yang saya ucapkan itu, sementara saya mengharapkan segala yang terbaik."

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul “Umar bin Khattab” menulis, kita lihat bagaimana Umar begitu percaya diri dan sangat membanggakan pendapatnya. "Betapa Umar tidak akan merasa bangga dengan pendapatnya itu karena Qur'an sudah memperkuat sikapnya dalam menghadapi para tawanan Badar," tulisnya.

la tetap dengan pendapatnya bahwa Abdullah bin Ubai harus dibunuh sampai kemudian ia dapat diyakinkan bahwa perintah Rasulullah lebih besar artinya daripada perintahnya.

Begitu juga ia masih bertahan dengan pendapatnya mengenai Perjanjian Hudaibiah, sampai kemudian turun wahyu memperkuat Rasulullah dan disebutkan bahwa perjanjian itu akan merupakan kemenangan besar.



Perdebatannya dengan Rasulullah seperti ia berdebat dengan orang lain sebelum dapat dibuktikan kebenarannya, baik dengan wahyu atau melihat bukti yang nyata atau sebaliknya.

"Kita melihat bahwa dengan pikirannya, Umar tidak berorientasi kepada teori-teori yang abstrak yang disusun dan diuji coba agar dapat dijadikan pegangan yang logis, tetapi langsung orientasinya kepada Islam, seperti sebelum itu, dengan pengalaman yang praktis dalam kenyataan hidup yang dihadapinya,''ujar Haekal.

Pengalaman praktis ini jugalah yang menggugah pikirannya mengenai para tawanan Badar, mengenai Abdullah bin Ubai dan mengenai Perjanjian Hudaibiah. Ini juga yang kemudian menggugah pikirannya, yang tidak disertai turunnya wahyu, mengenai persoalan-persoalan umat Islam umumnya, atau yang khusus mengenai Nabi.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2543 seconds (0.1#10.140)