Gubernur yang Masuk Daftar Penduduk Miskin
loading...
A
A
A
“Engkau pikulkan beban pemerintahan ini di pundakku, tetapi kemudian Engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri.”
“Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda,” jawab Said.
Kemudjan Khalifah Umar melantik Sa ‘Id menjadi Gubernur di Himsh. Sesudah pelantikan, Khalifah Umar bertanya kepada Said, “Berapa gaji yang Engkau inginkan?”
“Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Mu’minin?” jawab Said balik bertanya. “Bukankah penghasilan saya dan Baitul Mal sudah cukup?”
Tidak berapa lama setelah Said memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap Khalifah Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Hims yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.
Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta Khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama si Fulan, dan nama Said bin ‘Amir Al-Jumahy.
Ketika Khalifah meneliti daftar tersebut, beliau menemukan nama Said bin ‘Amir AlJumahy. Lalu beliau bertanya “Siapa Said bin ‘Amir yang kalian cantumkan ini?” “Gubernur kami!“ jawab mereka.
“Betulkah Gubernur kalian miskin?” tanya khalifah heran.
“Sungguh, ya Amiral Mu’minin! Demi Allah! Sering kali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),”jawab mereka meyakinkan.
Mendengar perkataan itu, Khalifah Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundi-pundi berisi uang seribu dinar. “Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Said bin ‘Amir. Dan uang ini saya kirimkan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya” ucap Umar sedih.
Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Said, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau. Setelah Gubernur Sa ‘id melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, ‘inna lilahi wa inna ilaihi raji’un. (Kita milik Allah, pasti kembali kepada Allah).”
Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu mara bahaya sedang menimpanya. Karena itu isterinya segera menghampiri seraya bertanya, “Apa yang terjadi, hai Said? Meninggalkah Amirul Mu ‘minin?”
“Bahkan lebih besar dan itu!” jawab Said sedih.
“Apakah tentara muslimin kalah berperang?” tanya Isterinya pula.
“Jauh lebih besar dari itu!” jawab Said tetap sedih.
“Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda,” jawab Said.
Kemudjan Khalifah Umar melantik Sa ‘Id menjadi Gubernur di Himsh. Sesudah pelantikan, Khalifah Umar bertanya kepada Said, “Berapa gaji yang Engkau inginkan?”
“Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Mu’minin?” jawab Said balik bertanya. “Bukankah penghasilan saya dan Baitul Mal sudah cukup?”
Tidak berapa lama setelah Said memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap Khalifah Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Hims yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.
Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta Khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama si Fulan, dan nama Said bin ‘Amir Al-Jumahy.
Ketika Khalifah meneliti daftar tersebut, beliau menemukan nama Said bin ‘Amir AlJumahy. Lalu beliau bertanya “Siapa Said bin ‘Amir yang kalian cantumkan ini?” “Gubernur kami!“ jawab mereka.
“Betulkah Gubernur kalian miskin?” tanya khalifah heran.
“Sungguh, ya Amiral Mu’minin! Demi Allah! Sering kali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),”jawab mereka meyakinkan.
Mendengar perkataan itu, Khalifah Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundi-pundi berisi uang seribu dinar. “Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Said bin ‘Amir. Dan uang ini saya kirimkan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya” ucap Umar sedih.
Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Said, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau. Setelah Gubernur Sa ‘id melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, ‘inna lilahi wa inna ilaihi raji’un. (Kita milik Allah, pasti kembali kepada Allah).”
Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu mara bahaya sedang menimpanya. Karena itu isterinya segera menghampiri seraya bertanya, “Apa yang terjadi, hai Said? Meninggalkah Amirul Mu ‘minin?”
“Bahkan lebih besar dan itu!” jawab Said sedih.
“Apakah tentara muslimin kalah berperang?” tanya Isterinya pula.
“Jauh lebih besar dari itu!” jawab Said tetap sedih.