John Louis Esposito: Islam Bukan Agama Baru

Rabu, 28 Desember 2022 - 14:42 WIB
loading...
John Louis Esposito: Islam Bukan Agama Baru
John L Esposito. Foto/Ilustrasi: lehigh
A A A
Pengamat Islam yang akademisi Italia- Amerika, John Louis Esposito, mengatakan Muhammad tidak mengatakan bahwa ia membawa agama baru tetapi hanya memurnikan dan mengembalikan agama yang dibawa Nabi Ibrahim.

Misinya adalah memperbaiki dan meluruskan kembali umat yang menyeleweng. "Seperti Amos dan Jeremiah sebelum dirinya, Muhammad adalah utusan Allah yang mengutuk kekafiran masyarakatnya dan mengimbau agar orang memohon ampun dan patuh kepada Allah, karena Hari Akhir itu dekat," ujar Esposito dalam bukunya berjudul "The Islamic Threat: Myth or Reality?" atau "Ancaman Islam Mitos atau Realitas?"

Esposito kemudian mengutip Al-Quran surat al-Hajj ayat 49-50.

قُلۡ يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّمَاۤ اَنَا لَـكُمۡ نَذِيۡرٌ مُّبِيۡنٌ‌ۚ‏
فَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمۡ مَّغۡفِرَةٌ وَّرِزۡقٌ كَرِيۡمٌ
Qul yaaa ayyuhan naasu innamaaa ana lakum naziirum mubiin. Fallaziina aamanuu wa 'amilu saalihaati lahum maghfiratunw wa rizqun kariim

Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku (diutus) kepadamu sebagai pemberi peringatan yang nyata." Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia. ( QS Al-Hajj : 49-50)



Menurutnya, Muhammad dan Al-Quran menyatakan keesaan Tuhan, menolak politeisme yang terjadi di Arab, dan melarang ketidakadilan sosial.

Muhammad menyeru kepada masyarakat Mekkah untuk menyembah Tuhan Yang Satu dan membuang kepercayaan dan perbuatan-perbuatan yang bersilat politeistis.

"Negeri Arab tak asing terhadap monoteisme. Namun, ketika ada masyarakat Yahudi atau Kristen yang bercampur dengan orang-orang Arab asli yang menganut monoteisme (orang-orang Hanif), serangkaian panjang Tuhan mendominasi masyarakat Arab," jelasnya.

Muhammad mengajak orang kembali kepada agama Ibrahim: percaya kepada Tuhan Yang Esa, Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki dan Yang Mengadili seluruh dunia. Muhammad dengan Al-Qurannya mengajarkan bahwa manusia diberi perhitungan dan mereka semua akan diadili dan akhirnya di Hari Pengadilan diberi pahala atau hukuman sesuai dengan apa yang mereka perbuat.

Panggilan Islam adalah panggilan untuk berpaling dari jalan kekafiran dan kembali ke jalan yang benar (Syari'ah) atau Hukum Tuhan. Kembali ke jalan yang benar ini berarti menjadi anggota umat yang menyembah Tuhan sebenarnya, Yang Maha Esa, yang melaksanakan kehendak-Nya, yang menciptakan suatu umat bermoral benar.

Baca juga: Begini Cara Pandang John Louis Esposito Mengenai Hukum Islam
https://kalam.sindonews.com/read/979257/786/begini-cara-pandang-john-louis-esposito-mengenai-hukum-islam-1672024351



Pesan Al-Quran bukan hanya merupakan perintah agama saja, tetapi juga merupakan suatu tantangan terhadap politik sosial yang ada. Makkah bukan hanya pusat ibadah hati, tetapi juga merupakan pusat perdagangan, yang mengalami perubahan dari masyarakat suku yang semi-Badui ke masyarakat dagang urban. Al-Quran mengajarkan kepatuhan terhadap Tuhan dan RasulNya, persaudaraan antar sesama umat, berzakat kepada orang-orang miskin dan berjuang (jihad) melawan penindasan.

Al-Quran mengutuk eksploitasi terhadap orang-orang miskin, anak-anak yatim serta kaum wanita; melarang penyelewengan, penipuan, berbohong, mengadakan perjanjian palsu dalam perdagangan, menghambur-hamburkan kekayaan dan bersikap sombong. Al-Quran juga menjanjikan hukuman yang berat terhadap perbuatan memfitnah, mencuri, membunuh, penggunaan racun, berjudi dan berzina.

Pernyataan Muhammad bahwa dirinya nabi, penentangannya terhadap ketidakadilan dalam masyarakat Makkah, dan penegasannya bahwa semua orang yang beriman merupakan satu komunitas universal, meruntuhkan wewenang politik kesukuan.

Penolakannya terhadap politeisme benar-benar mengancam kepentingan ekonomi penduduk Mekkah yang mengontrol Ka'bah, rumah suci yang menjadi tempat patung-patung sesembahan suku dan merupakan tempat dilakukannya ibadah haji setahun sekali, sumber prestise dan pendapatan keagamaan masyarakat Mekkah.



Menurut Esposito, setelah 10 tahun, Muhammad merasakan keberhasilan yang terbatas. Jika diukur dengan standar duniawi ia dapat dikatakan gagal. Walaupun dilindungi oleh pamannya yang berpengaruh, Abu Thalib, dan oleh keluarganya, Bani Hasyim, ia sendiri kurang berkuasa dan berwibawa untuk mengatasi penentangan luas dari kaum aristokrat Makkah, yang dipimpin oleh kaum Quraisy, golongan pedagang yang dominan di Mekkah.

Pada tahun 619, dengan wafatnya sang paman dan istri, Muhammad kehilangan pilar-pilar yang mendukung dan melindunginya, dan menjadi semakin sendiri dan menderita.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2172 seconds (0.1#10.140)