Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih Ubah Daratan Menjadi Lautan

Sabtu, 18 Juli 2020 - 11:59 WIB
Kehadiran kapal-kapal Utsmani di Tanduk Emas telah berperan besar dalam melemahkan semangat pasukan Byzantium. Foto/Ilustrasi/Ist
SULTAN Muhammad Al-Fatih terkenal tegas dan disiplin. Ia tidak bisa menerima kekalahan. Dalam sebuah peristiwa pertemuran di laut , pada saat ingin menaklukkan Konstantinopel , armada laut Utsmaniyah terdesak dan kalah. Sang Penakluk pun memecat komandan Balta Oghlmi.



Peristiwa ini terjadi dua hari setelah pertempuran di Teluk Tanduk Emas. Kala itu, pertempuran berkecamuk antara armada laut Utsmani melawan sebagian kapal Eropa yang berusaha mendarat di Teluk Armada Islam . Pertempuran sengit ini untuk mencegah kapal-kapal Eropa memasuki wilayah Teluk.

Sultan Muhammad Fatih mengawasi jalannya pertempuran dari pantai . Dia menulis surat kepada pimpinan armada, “Hanya ada dua pilihan untukmu, menguasai kapal-kapal itu atau menenggelamkannya. Jika tidak, maka janganlah kamu kembali pada kami dalam keadaan hidup.”

Buku-buku sejarah menyebutkan bahwa Sultan Muhammad Al-Fatih mengawasi jalannya pertempuran dengan menunggang kuda. Dia masuk ke laut bersama kudanya, hingga air laut itu mencapai sebatas dada kuda. Sedangkan kedua pasukan laut yang bertempur, hanya berjarak sekitar satu lemparan batu.



Saat itu dia berteriak kepada Balta Oghlmi, Panglima Armada Laut: “Wahai kapten! Wahai kapten!" Dla mengibas-ngibaskan tangannya. Maka pasukan Utsmani meningkatkan serangannya dan sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan bertubi-tubi kapal-kapal Eropa.

Namun kapai-kapal Eropa berhasil sampai ke Teluk dan kapal-kapal Utsmani tidak mampu menghadangnya. Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menyebut Sultan marah besar terhadap panglima armada pasukan laut atas kekalahan ini.

Sultan memanggil Balta Oghlmi ke pusat komando. Di sana Sultan menampakkan kemarahan besar dan menuduh Balta sebagai seorang pengecut. Balta sangat terpukul dengan tuduhan itu.

“Sesungguhnya saya telah berhadapan dengan kematian dengan jiwa yang kokoh, namun saya akan merasa sakit jika saya mati dan saya dituduh dengan tuduhan seperti ini. Saya dan pasukan saya telah bertempur dengan segala kemampuan yang kami miliki dan dengan segala kekuatan dan tipu muslihat!” ujarnya.



Kemudian Balta mengangkat sorban yang menutupi matanya yang terluka. Maka Sultan pun tahu kondisi yang sebenarnya dari sang komandan. Ternyata, dia mendapatkan luka di sekitar matanya.

Ahirnya, Sultan membiarkan Balta berlalu, dan tidak memberi hukuman apapun, selain pencopotan dari kedudukannya selaku komandan armada laut. Sebagai gantinya, Sultan mengangkat Hamzah Pasya.

Kekalahan armada laut memberi kesempatan kepada seorang penasehat Sultan, khususnya Perdana Menteri yang bernama Khalil Pasya, mendapat alasan untuk membujuk Sultan agar mengubah impiannya untuk menguasai Konstantinopel dan membuat perundingan damai dengan penduduknya, tanpa harus menguasai kota itu.



Dengan kondisi demikian, kata Khalil Pasya, sudah saatnya Sultan meninggalkan pengepungan ini. Namun Sultan tidak mau mendengar bisikan was-was yang ditiupkan oleh Khalil Pasya itu.

Sultan selalu terinspirasi oleh hadis Nabi yang mengatakan, bahwa kelak yang berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel adalah sebaik-baik komandan, dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan. Sambil tersenyum sinis, Sultan mencampakkan bisikan syaitan yang ditiupkan oleh Khalil Pasya.

Ketika Perdana Menteri Khalil Pasya sangat bernafsu mempengaruhi Sultan, agar segera menghentikan pengepungan Konstantinopel, justru saat itu Sultan sedang berpikir keras untuk memindahkan kapal-kapal pasukan Utsmani ke Teluk Tanduk Emas, secara aman dan efektif, tanpa harus melalui peperangan laut.

Singkat kata, semua omongan Khalil Pasya tidak dipedulikan sama sekali. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )

Dia melihat pagar-pagar pembatas yang ada di Tanduk Emas tidak terlalu kokoh. Dengan demikian, pasukan Byzantium harus menarik diri dari tempat pertahanan sisi barat kota. Kalau pasukan itu terpecah, akan ada peluang lebih besar untuk menyerang pagar pembatas setelah berkurangnya pasukan pelindung.

lde Jenius

Sultan tampak dikaruniai pemikiran cemerlang. Beliau bermaksud memindahkan kapal-kapal dari pangkalan armada Utsmani di Bayskatasy ke Tanduk Emas. Pemindahan ini dilakukan dengan menarik kapal-kapal lewat darat, dari satu pelabuhan menuju pelabuhan lain.

Kapal-kapal itu harus dijauhkan dari Galata, karena khawatir kapal-kapal itu akan mendapat serangan dari arah selatan. Jarak antara dua pelabuhan tersebut sekitar 3 mil. Tanah yang dilewati bukanlah tanah datar, melainkan berupa tanah rendah dan bebukitan yang belum dijamah.

Menurut Ash-Shalabi, untuk melaksanakan rencana, Sultan Muhammad Al-Fatih segera mengumpulkan komandan-komandan perang dan mengemukakan ide tersebut. Dia mengutarakan secara pasti rencana perang ke depan.

lde itu ternyata mendapat sambutan yang sangat hangat dan penuh semangat. Para komandan yang hadir di tempat tersenyum kegirangan, menyatakan kekaguman terhadap ide Sultan Muhammad.

Mulailah Sultan Muhammad Al-Fatih melaksanakan rencana itu. Dia memerintahkan agar tanah di antara kedua pelabuhan itu segera didatarkan. Dalam jangka waktu yang tidak lama, tanah itu telah rata.

Kemudian didatangkan kayu-kayu yang telah dilapisi minyak dan lemak. Kayu-kayu tersebut disusun di atas tanah yang akan dilalui perahu, sehingga perahu bisa meluncur di atas daratan.



Hal yang paling sulit dari proyek spektakuler itu ialah, pemindahan perahu-perahu itu dari wilayah perbukitan yang tinggi. Bagaimana caranya? Alhamdulillah, kapal-kapal milik pasukan Utsmani umumnya termasuk berukuran kecil dan ringan, sehingga sangat memungkinkan ditarik untuk melewati bukit-bukit.

Maka kapal-kapal itu pun mulai dikeluarkan dari Selat Bosphorus naik ke darat. Di sana ia dinaikkan ke atas kayu-kayu licin, lalu pasukan Utsmani mulai menarik perahu-perahu itu menuju Teluk Tanduk Emas. Jarak penarikan ini sekitar 3 mil. Hingga akhirnya, kapal-kapal tersebut sampai di titik yang aman dan dilabuhkan di Tanduk Emas.



Malam itu tentara Utsmani mampu menarik lebih dari 70 kapal dan dilabuhkan di Tanduk Emas. Hal itu dilakukan di tengah kelengahan musuh dan menggunakan cara yang sangat tidak lazim. Upaya tersebut, diawasi Sultan secara langsung dari jarak yang aman dan tidak bisa dijangkau musuh.

Menurut Ash-Shalabi, upaya menarik kapal melalui daratan, dengan beralaskan kayu-kayu yang telah dilapisi oleh minyak dan lemak, merupakan kejadian spektakuler. Ia adalah “maha karya” besar di dunia militer. Belum pernah ada yang melakukan teknik tersebut, selain pasukan Turki Utsmani dipimpin Sultan Muhammad Al Fatih. Tidak berlebihan, jika Nabi memuji komandan pasukan ini sebagai sebaik-baik komandan dan pasukan.

Tatkala orang-oranh Byzanium mengetahui keadaan itu, mereka sangat kaget. Tak seorang pun di antara mereka percaya, bahwa pasukan Utsmani akan melakukan langkah gila tersebut. Namun realitas yang ada di hadapan mereka membuat mereka geleng geleng kepala.



Nah, itulah bentuk semangat tinggl: kecerdasan, serta kemauan yang kuat, Jika Sultan Utsmani mendengarkan bujuk rayu perdana menterinya, pascakekalahan armada lautnya, jelas prestasi besar ini tak akan pernah terwujud.

Pemandangan kapal dengan bendera-bendera yang terpancang tinggi, berjalan di tengah-tengah ladang seperti gelombang yang menyapu lautan. Pemandangan ini demikian mengejutkan sekaligus sangat mengagumkan.

Ash-Shalabi mengatakan ini semua kembali kepada karunia Allah dan kemauan kuat Sultan serta kecerdasannya yang luar biasa. “Tidak dilupakan ialah jasa insinyur-insinyur Utsmani yang cakap, teliti, dan penuh semangat, untuk mewujudkan sebuah maha karya yang akan selalu dikenang sejarah, sampai saat ini,” tuturnya. ( )

Semua upaya menakjubkan itu selesai hanya dalam jangka waktu semalam. Pada saat Subuh pagi tanggal 22 April, penduduk Kota Konstantinopel yang sedang lelap dalam tldurnya; tiba-tiba terbangun mendengar suara takbir bersahut-sahutan dari seruan ribuan tentara Utsmani.

Genderang perang telah ditabuh bertalu-talu, nasyid-nasyid pengobar semangat menggema di Tanduk Emas. Penduduk Konstantinopel dikejutkan oleh datangnya perahu-perahu Utsmani yang telah menguasai perairan.

Kini tidak ada lagi penghalang antara pasukan Byzantium yang mempertahankan Konstantinopel dengan tentara-tentara Utsmani. Penghalang berupa rantai-rantai raksasa itu sudah dilewati. Perang besar telah tersaji di depan mata; siap membunuh atau dibunuh. Tinggal pilih saja. ( )

Salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium menyatakan kekagumannya atas teknik yang ditempuh pasukan Utsmani itu. Dia berkata, “Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti itu. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang. Sungguh cara seperti itu jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander Agung.“

Keputusasaan pun segera melanda penduduk Konstantinopel dan tersebarlah isu dan prediksi macam-macam di tengah mereka. Di antara mereka ada yang mengatakan, “Tampaknya Konstantinopel akan segera jatuh, tatkala kota ini melihat ada kapal-kapal berlayar di atas daratan yang kering.” ( ).

Kehadiran kapal-kapal Utsmani di Tanduk Emas telah berperan besar dalam melemahkan semangat pasukan Byzantium. Mereka terpaksa menarik sejumlah besar pasukan dari perbatasan lain untuk mempertahankan pagar pembatas di Tanduk Emas, mengingat pagar pembatas itu merupakan wilayah paling lemah yang sebelumnya dilindungi air, sekaligus bisa melindungi pagar-pagar pembatas yang lain.

Tentara Byzantium telah berusaha beberapa kali untuk menghancurkan armada laut Utsmani yang berada di Tanduk Emas ini, namun usaha-usaha mereka itu mampu dipatahkan oleh para mujahidin Utsmani. ( )
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya.

(HR. Muslim No. 1935)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More