Trio Jenderal Bertempur Bersama Perangi Kaum Murtad di Oman

Kamis, 13 Agustus 2020 - 15:40 WIB
Ilustrasi/Ist
SETELAH Rasulullah SAW terjadi pembangkangan di Oman . Pada masa Rasulullah, Oman berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebagai amir ditunjuk Jaifar. Nabi pernah mengutus Amr bin Ash mengajak penduduknya masuk Islam . Karena Jaifar merasa khawatir kaumnya akan membangkang sebab enggan membayar zakat ke Madinah, Amr telah mencapai kesepakatan dengan dia untuk membagi-bagikan zakat itu kepada fakir miskin setempat.



Amr bin Ash masih tinggal di tengah-tengah mereka, tatkala rakyat Oman memberontak setelah Nabi wafat. Amr kembali ke Madinah, dan Jaifar lari ke pegunungan dan berlindung di sana. ( )

Pemimpin pemurtadan di Oman ialah Laqit bin Malik al-Azdi. Seperti yang lain dia juga pernah mendakwakan diri sebagai nabi .

Khalifah Abu Bakar mengirim Huzaifah bin Mihsan al-Gilfani dari Himyar ke Oman dan Arfajah bin Harsamah al-Bariqi dari Azd ke Mahrah. Keduanya diperintahkan berangkat bersama-sama, bertolak dari Oman dan pimpinan di tangan Huzaifah. Bila sudah berbelok di Mahrah pimpinan supaya dipegang Arfajah.



Bukan itu saja. Khalifah Abu Bakar juga memerintahkan Ikrimah bin Abi Jahl yang dipukul mundur oleh Musailamah dari perang Yamamah untuk ke Oman membantu Huzaifah dan Arfajah.

Kepada kedua jenderal itu Khalifah Abu Bakar berpesan agar memperhatikan pendapat Ikrimah. ( )

Pasukan Ikrimah bertemu kedua jenderal itu sebelum mereka mencapai Oman. Selesai mengadakan musyawarah, mereka bersama-sama memberitahukan Jaifar dan saudaranya Abbad' di tempat persembunyiannya. Keduanya diminta bergabung. Jaifar dan Abbad adalah anak-anak al-Khulanda sebagai Amir Azd Oman.



Kedatangan pasukan muslim ini diketahui oleh Laqit. Ia mengumpulkan pasukannya kemudian bermarkas di Daba. Jaifar dan Abbad serta rombongannya sudah berangkat ke Suhar yang kemudian memberitahukan kepada Ikrimah dan kedua rekannya. Mereka lalu bergabung.

Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut di Daba inilah kemudian terjadi pertempuran dahsyat antara kedua kekuatan itu. Hampir saja kemenangan berada di pihak Laqit. Dalam pada itu dalam barisan Muslimin terjadi pula sedikit kekacauan. Tetapi ketika itu datang bantuan besar-besaran dari Banu Abdul Qais dan kabilah-kabilah Bahrain lainnya yang melindungi mereka serta memberi bantuan dengan melipatgandakan kekuatan mereka.



Dengan demikian mereka maju terus menyerbu dan mengejar Laqit dan pasukannya. Ada 10.000 orang dari mereka yang terbunuh. Perempuan-perempuan dan anak-anak ditawan, sedangkan harta benda dibagi-bagikan di antara mereka.

Dengan demikian terpenuhilah sudah janji Allah di Oman. Keadaan Muslimin di sana sejak itu kembali stabil. Huzaifah masih tinggal di Oman membereskan segala sesuatunya dan menjaga ketenangan penduduk. Arfajah berangkat ke Madinah membawa seperlima rampasan perang kepada Abu Bakar. Sedangkan Ikrimah dan pasukannya meneruskan perjalanan ke Mahrah untuk menertibkan keadaan serta untuk mengembalikan panji Islam di sana.(Baca juga: Kisah Aswad al-Ansi, Nabi Palsu yang Sempat Menguasai Yaman )
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Seorang tidak disebut mukmin saat berzina, seorang tidak disebut mukmin saat mencuri, seorang tidak disebut mukmin saat minum khamer (mabuk), dan pintu taubat akan selalu dibuka setelahnya.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 4069)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More