Dalam Perang Sehari 2.000 Pasukan Muslim Sahid, 10.000 Pasukan Persia Tewas
Selasa, 20 Oktober 2020 - 06:11 WIB
SAMPAI tengah malam pasukan Muslimin masih terus mengadakan tekanan terhadap musuh. Tujuannya hendak mengusirnya dari tempat itu. Ada sebagian yang mereka peroleh dan yang terbunuh pun makin banyak. Sebenarnya sudah hampir dapat mereka kuasai kalau tidak karena jumlah musuh yang sangat besar dan gigihnya perlawanan. (
)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan sesudah tengah malam itu kedua pihak sudah harus kembali ke markas masing-masing. Mereka akan menyusun dan mengatur barisan baru untuk kembali lagi bertempur keesokan harinya.
Kalangan sejarawan menamakan hari kedua Pertempuran Kadisiah ini dengan sebutan "Agwas". Kalangan orientalis mengira bahwa pemakaian nama tersebut karena Qa'qa' di tempat ini menolong pasukan Sa’ad bin Abi Waqqash dengan pasukan yang datang dari Syam . ( )
Haekal mengatakan untuk menguatkan penafsiran ini memang tidak mudah, kecuali kalau kita menemukan penafsiran serupa untuk peristiwa-peristiwa pertempuran yang lain.
"Kita sudah melihat bahwa untuk pertempuran di Armas tidak mungkin digunakan penafsiran seperti ini," katanya. Sedang malamnya, seusai pertempuran antara Armas dengan Agwas para sejarawan menyebutnya "malam tenang," dan malam sesudah Agwas mereka beri nama "as-Sawad." ( )
Begitu gembira pasukan Muslimin dengan peristiwa Agwas itu sehingga sesudah itu mereka dapat bergabung kepada kabilahnya masing-masing. Begitu juga Sa’ad senang sekali melihat kekuatan pasukan Muslimin sehingga ketika mau pergi tidur ia berkata kepada beberapa orang di sekitarnya: "Kalau penggabungan mereka sudah selesai, jangan bangunkan saya. Mereka sudah mampu menghadapi musuh. Kalau mereka diam dan yang lain tidak bergabung juga jangan bangunkan saya. Mereka semua sama. Kalau mereka bergabung bangunkanlah saya, karena penggabungan mereka itu tidak baik." ( )
Sesudah merasa puas Sa’ad tidur. Tetapi Qa'qa' bin Amr malam itu mengirim rekan-rekannya yang datang bersama dia dari Syam ke tempat mereka yang lama di Sahara pada pagi hari terjadinya peristiwa Agwas itu. la mengeluarkan perintah kepada mereka, begitu matahari terbit supaya mereka datang seratus demi seratus orang seperti yang mereka lakukan kemarin.
Kalau Hasyim bin Utbah dapat menyusul mereka dengan membawa pasukannya bergabung dalam pertempuran, itulah yang diharapkan. Kalau tidak, perbaruilah harapan mereka dalam bala bantuan, karena harapan akan menambah keberanian dalam berperang dan mereka yakin akan mendapat kemenangan. ( )
Jumlah Korban
Sampai pagi hari itu kedua angkatan bersenjata dalam posisinya masing-masing. Dari kedua pihak yang tewas dan luka-luka, dua ribu dari pasukan Muslimin dan sepuluh ribu dari pasukan Persia.
Mereka menguburkan jenazah masing-masing dan membawa yang luka-luka ke tempat mereka akan dirawat. Muslimat mengutus dan merawat mereka. Perawat-perawat itu berusaha dengan berbagai cara untuk menghibur dan meringankan penderitaan mereka. ( )
Muslimat itu juga ikut terlibat dalam pertempuran sengit. Peranan dan jasa mereka dicatat oleh para penyair dan diabadikan dalam buku-buku sejarah.
Tatkala matahari terbit Qa'qa' sudah berdiri di barisan belakang melihat ke arah sahara. Sesudah pasukan berkuda muncul dan dia bertakbir, disambut pula dengan takbir. Mereka berkata: Bala bantuan sudah datang.
Hasyim bin Utbah dan pasukannya datang menyusul pasukan Qa'qa'. Sesudah mengetahui apa yang dilakukan rekan-rekannya itu ia membagi pasukannya ke dalam beberapa regu dan memerintahkan mereka untuk saling menyusul berturut-turut. Jangan ada regu yang bergerak sebelum regu yang lain hilang dari pandangan mata. ( )
Dia sendiri berangkat memimpin regu yang pertama bersama Qais bin Hubairah. Bila ia sampai di Kadisiah pasukan Muslimin sudah berbaris dalam keadaan siap tempur. Tatkala saling melihat ia bertakbir dan disambut pula dengan takbir.
Hasyim menyusup ke tengah-tengah sampai mencapai sungai sambil melepaskan panahnya ke arah musuh. Setelah itu ia mundur, kemudian diulangnya lagi. Tetapi dari pihak lawan tak ada yang berani tampil menandinginya.
Menurut Haekal, bala bantuan yang datang untuk pasukan Muslimin tidak mengendorkan semangat pasukan Persia. Peti-peti yang dibawa pasukan gajah sudah diperbaiki dan sejak matahari terbit mereka sudah terlibat pula dalam pertempuran. Mereka yakin pasukan gajah ini akan menghajar pasukan Muslimin lebih hebat dari yang terjadi dalam pertempuran Armas atau pertempuran di hari pertama. ( )
Mereka sudah berjaga-jaga benar untuk tidak memberi kesempatan kepada pasukan Muslimin melakukan tindakan seperti ketika mereka memotongi tali-tali pelana dan menjungkirbalikkan peti-peti yang mereka bawa serta menikam dan membantai anggota-anggota pasukannya, dengan akibat gajah-gajah itu berlarian mundur, yang lalu dilindungi dengan mendapat pengawalan pasukan berkuda.
Di hadapan pawang-pawang itu gajah-gajah tersebut menjadi jinak dan tidak menyerang mereka, tetapi juga tidak menyerafig musuhnya. Gajah yang hanya sendirian akan lebih buas daripada dalam lingkungan sesamanya: mereka akan lebih jinak. Pasukan berkuda Muslimin telah menyerang
pengawal-pengawal pasukan gajah Persia itu. Sekarang pertempuran terjadi di sekitar hewan-hewan raksasa itu.
Mereka dibiarkan dalam kebingungan, tak tahu mana yang akan digempur dan mana yang tidak. Oleh karena itu pertempuran sengit berkecamuk lagi, pasang surut di kedua pihak silih berganti. Kadang pasukan Muslimin yang maju dipukul mundur oleh pihak Persia; adakalanya pasukan Persia yang maju dipukul mundur oleh pihak Muslimin.( )
Pasukan Persia merasa mendapat kekuatan dengan datangnya pengawalan Kaisar Yazdigird dari Mada'in sebagai bala bantuan. Tetapi semua itu tidak mengurangi semangat pasukan Muslimin dalam perjuangan ini.
Kiat Menghadapi Gajah
Hanya saja, tak lama ketika keadaan gajah-gajah itu sudah merasa terbiasa dengan situasi setempat dan pertempuran di sekitarnya makin memanas mereka kembali menyerang seperti ketika dalam pertempuran Armas. Sa’ad melihat gajah-gajah itu makin merajalela dan mencerai-beraikan regu-regu pasukan Muslimin.
Ketika ia menanyakan titik kelemahan gajah kepada beberapa orang Persia yang sudah menyerah dalam pertempuran, mereka berkata: Di belalai dan di matanya.
Saad lalu mengirim pesan kepada dua bersaudara Qa'qa' dan Asim dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah putih itu. Gajah ini berada di depan mereka. Kepada Hammal dan Ribbil — keduanya dari Banu Asad — ia berpesan dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah yang berkudis itu. Gajah ini juga di depan mereka — dua gajah yang sangat rakus. Gajah-gajah yang lain semua mengikutinya. ( )
Qa'qa' dan Asim berjalan kaki lalu menancapkan tombaknya di mata gajah putih itu. Binatang itu beranjak mundur kesakitan sambil menggeleng-gelengkan kepala dan melemparkan saisnya, kemudian ia mengayun-ayunkan belalainya. Ketika itu Qa'qa' menebasnya dengan pedangnya.
Hammal dan Ribbil menyerang gajah yang berkudis dengan menusuk salah satu matanya dan menebas belalainya.
Kedua gajah itu melengking-lengking. Gajah yang berkudis kembali ke arah barisan pasukan Persia. Tetapi karena dihalau ia berbalik lagi menghadapi pasukan Muslimin.
Di sini ia ditusuk sehingga sempoyongan kian ke mari antara kedua barisan itu sambil melengking-lengking seperti suara babi. Sesudah itu ia berjalan cepat-cepat lalu terjun ke dalam sungai, yang kemudian diikuti semua gajah yang ada. ( )
Penunggang-penunggangnya pun terlempar dari punggung kawanan- hewan itu. Gajah-gajah itu sudah melewati sungai dan lari ke belakang tanpa menoleh lagi.
Sekarang perimbangan pertempuran itu menjadi kacau. Perbandingan pasukan Persia sudah mulai timpang ketika pasukan gajah mencerai-beraikan regu-regu pasukan Muslimin. Setelah barisan pasukan gajah itu kacau balau, kedua pasukan itu melihatnya dan berusaha menghalaunya dan menghindari bahayanya.
Sesudah dilihat menyeberangi Sungai Atiq dan lari membelakangi mereka, semangat pasukan Muslimin terasa makin kuat. Larinya gajah-gajah itu merupakan tanda kebesaran Allah dalam memberikan kemenangan melawan musuh. Tetapi pihak Persia masih membanggakan besarnya jumlah pasukan mereka dan bala bantuan yang dikirimkan Yazdigird kepada mereka.
Mereka kembali menyusun barisan dan memulai lagi pertempuran dengan semangat yang makin dipacu oleh larinya gajah-gajah itu. Dengan demikian terjadi lagi bentrokan antara kedua angkatan bersenjata yang sekarang sudah saling berhadapan itu. Pertempuran ini berlangsung sampai menjelang malam, dengan debu tebal yang sudah membubung pekat. Baik Sa’ad maupun Rustum sudah sama-sama tidak tahu giliran siapa waktu itu yang menang atau kalah.
Pertempuran hari ketiga ini berlangsung terus seolah dalam pikiran kedua pihak — Persia dan Muslimin — sama-sama tidak akan meletakkan senjata sebelum salah satunya hancur, dan seolah itu datang dari pikiran mereka sendiri di luar pendapat Sa’ad atau Rustum. Bahkan peristiwa itu terjadi tanpa setahu kedua penanggung jawab itu. Ya, itulah, karena takdir juga maka terjadi demikian. Dan jika Allah sudah menghendaki sesuatu tak akan dapat ditolak.
Sebenarnya pertempuran itu sudah mulai reda ketika gelap malam sudah mulai turun. Sa’ad telah memperkirakan bahwa kedua angkatan bersenjata itu sedang mempersiapkan diri untuk hari yang keempat dengan serangan yang lebih dahsyat dari Armas, Agwas dan Amas. Tetapi dia khawatir musuh akan datang dari tempat-tempat penyeberangan sungai yang dangkal di bawah markasnya. Maka ia mengirim Tulaihah dan Amr dalam satu regu dengan pesan: "Kalau mereka sudah mendahului kalian ke sana, turunlah kalian di seberang mereka; kalau ternyata kosong beritahukanlah dan tinggallah di sana sampai nanti datang perintahku."
Tetapi di tempat penyeberangan itu memang tak ada orang. Mereka tergoda ingin menyeberangi bagian sungai yang dangkal itu, dan mendatangi pihak Persia dari belakang. Mereka berselisih pendapat mengenai caranya. Tulaihah mengambil tempat di belakang markas dan bertakbir tiga kali. Pihak Persia sudah ketakutan, mereka mengira pasukan Muslimin bermaksud mengecoh mereka.
Pasukan Muslimin juga heran mendengar takbir itu. Mereka mengira bahwa pasukan Persia sudah menyerang anak buahnya maka ia pun bertakbir meminta pertolongan.
Di bawah tempat penyeberangan itu Amr lalu menyerang sekelompok pasukan Persia. Mereka yakin sekali pasukan Muslimin telah mengecoh mereka. Mereka pun segera mengatur barisan dan mulai bergerak. Qa'qa' melihat apa yang mereka lakukan itu! la pun bergerak ke arah mereka tanpa meminta izin terlebih dulu kepada Sa’ad.
Sa’ad menjenguk dari tempat duduknya di Qudais. Bergeraknya pasukan Persia itu sudah diperhitungkannya seribu kali. Melihat Qa'qa' juga bergerak ke arah mereka, dalam hatinya ia berkata: Allahumma ya Allah, ampunilah dia, berikanlah pertolongan kepadanya. Sudah kuizinkan dia, kendati ia tidak meminta izin kepadaku! Dan katanya kepada stafnya: Kalau mereka bertakbir tiga kali, mulailah kalian menyerang.
Tetapi tak lama ketika terdengar takbir pertama ia melihat Banu Asad sudah bergerak, dan Banu Nakha' menyerang, Bajilah langsung terjun ke dalam kancah yang berbahaya itu dan kabilah Kindah pun maju. la melihat api peperangan itu kini berkobar di sekitar Qa'qa'. la memohonkan pengampunan Allah untuk mereka semua dan berdoakan kemenangan bagi mereka. Kemudian berkumandang takbir yang kedua dan ketiga.
Setelah pasukan datang susul-menyusul, mereka menyambut pasukan Persia dengan pedang dan menyusup masuk ke tengah-tengah mereka. Bunyi pedang-pedang itu bergemerincingan dan berdencang-dencang seperti di tempat pandai besi. Prajurit-prajurit itu tak ada yang berbicara; mereka hanya berteriak. Makin mendekati malam, pertempuran makin dahsyat. Kedua pihak sama-sama berjuang mati-matian.
Baik Sa’ad maupun Rustum sudah tidak mendengar lagi suara-suara itu dan berita-berita pun sudah terputus. Mereka tidak tahu apa yang sekarang terjadi. Dengan penyakitnya itu Sa’ad tak berbuat apa-apa selain berdoa kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh agar pasukan Muslimin diberi kemenangan. Malam itu Sa’ad tidak tidur, juga anggota-anggota pasukan itu tak ada yang tidur. .
Setelah sinar pagi mulai menguak di ufuk timur, pasukan-pasukan Muslimin bergabung kepada kabilah masing-masing. Ketika itu Sa’ad merasa lebih tenang bahwa pasukannya lebih unggul. Mereka berhasil menebas leher-leher pasukan Persia. Apalagi setelah mendengar Qa'qa'
membaca syairnya:
Sudah banyak kelompok prajurit yang kami bantai
Bagi kami melebihi kepala-kepala dalam mahkota yang berkuasa.
Kuserukan: Teruskan perjuangan, kendati mereka sudah mati.
Hanya kepada Allah aku bertawakal, tetapi selalu berhati-hati. (Bersambung).
Baca Juga
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan sesudah tengah malam itu kedua pihak sudah harus kembali ke markas masing-masing. Mereka akan menyusun dan mengatur barisan baru untuk kembali lagi bertempur keesokan harinya.
Kalangan sejarawan menamakan hari kedua Pertempuran Kadisiah ini dengan sebutan "Agwas". Kalangan orientalis mengira bahwa pemakaian nama tersebut karena Qa'qa' di tempat ini menolong pasukan Sa’ad bin Abi Waqqash dengan pasukan yang datang dari Syam . ( )
Haekal mengatakan untuk menguatkan penafsiran ini memang tidak mudah, kecuali kalau kita menemukan penafsiran serupa untuk peristiwa-peristiwa pertempuran yang lain.
"Kita sudah melihat bahwa untuk pertempuran di Armas tidak mungkin digunakan penafsiran seperti ini," katanya. Sedang malamnya, seusai pertempuran antara Armas dengan Agwas para sejarawan menyebutnya "malam tenang," dan malam sesudah Agwas mereka beri nama "as-Sawad." ( )
Begitu gembira pasukan Muslimin dengan peristiwa Agwas itu sehingga sesudah itu mereka dapat bergabung kepada kabilahnya masing-masing. Begitu juga Sa’ad senang sekali melihat kekuatan pasukan Muslimin sehingga ketika mau pergi tidur ia berkata kepada beberapa orang di sekitarnya: "Kalau penggabungan mereka sudah selesai, jangan bangunkan saya. Mereka sudah mampu menghadapi musuh. Kalau mereka diam dan yang lain tidak bergabung juga jangan bangunkan saya. Mereka semua sama. Kalau mereka bergabung bangunkanlah saya, karena penggabungan mereka itu tidak baik." ( )
Sesudah merasa puas Sa’ad tidur. Tetapi Qa'qa' bin Amr malam itu mengirim rekan-rekannya yang datang bersama dia dari Syam ke tempat mereka yang lama di Sahara pada pagi hari terjadinya peristiwa Agwas itu. la mengeluarkan perintah kepada mereka, begitu matahari terbit supaya mereka datang seratus demi seratus orang seperti yang mereka lakukan kemarin.
Kalau Hasyim bin Utbah dapat menyusul mereka dengan membawa pasukannya bergabung dalam pertempuran, itulah yang diharapkan. Kalau tidak, perbaruilah harapan mereka dalam bala bantuan, karena harapan akan menambah keberanian dalam berperang dan mereka yakin akan mendapat kemenangan. ( )
Jumlah Korban
Sampai pagi hari itu kedua angkatan bersenjata dalam posisinya masing-masing. Dari kedua pihak yang tewas dan luka-luka, dua ribu dari pasukan Muslimin dan sepuluh ribu dari pasukan Persia.
Mereka menguburkan jenazah masing-masing dan membawa yang luka-luka ke tempat mereka akan dirawat. Muslimat mengutus dan merawat mereka. Perawat-perawat itu berusaha dengan berbagai cara untuk menghibur dan meringankan penderitaan mereka. ( )
Muslimat itu juga ikut terlibat dalam pertempuran sengit. Peranan dan jasa mereka dicatat oleh para penyair dan diabadikan dalam buku-buku sejarah.
Tatkala matahari terbit Qa'qa' sudah berdiri di barisan belakang melihat ke arah sahara. Sesudah pasukan berkuda muncul dan dia bertakbir, disambut pula dengan takbir. Mereka berkata: Bala bantuan sudah datang.
Hasyim bin Utbah dan pasukannya datang menyusul pasukan Qa'qa'. Sesudah mengetahui apa yang dilakukan rekan-rekannya itu ia membagi pasukannya ke dalam beberapa regu dan memerintahkan mereka untuk saling menyusul berturut-turut. Jangan ada regu yang bergerak sebelum regu yang lain hilang dari pandangan mata. ( )
Dia sendiri berangkat memimpin regu yang pertama bersama Qais bin Hubairah. Bila ia sampai di Kadisiah pasukan Muslimin sudah berbaris dalam keadaan siap tempur. Tatkala saling melihat ia bertakbir dan disambut pula dengan takbir.
Hasyim menyusup ke tengah-tengah sampai mencapai sungai sambil melepaskan panahnya ke arah musuh. Setelah itu ia mundur, kemudian diulangnya lagi. Tetapi dari pihak lawan tak ada yang berani tampil menandinginya.
Menurut Haekal, bala bantuan yang datang untuk pasukan Muslimin tidak mengendorkan semangat pasukan Persia. Peti-peti yang dibawa pasukan gajah sudah diperbaiki dan sejak matahari terbit mereka sudah terlibat pula dalam pertempuran. Mereka yakin pasukan gajah ini akan menghajar pasukan Muslimin lebih hebat dari yang terjadi dalam pertempuran Armas atau pertempuran di hari pertama. ( )
Mereka sudah berjaga-jaga benar untuk tidak memberi kesempatan kepada pasukan Muslimin melakukan tindakan seperti ketika mereka memotongi tali-tali pelana dan menjungkirbalikkan peti-peti yang mereka bawa serta menikam dan membantai anggota-anggota pasukannya, dengan akibat gajah-gajah itu berlarian mundur, yang lalu dilindungi dengan mendapat pengawalan pasukan berkuda.
Di hadapan pawang-pawang itu gajah-gajah tersebut menjadi jinak dan tidak menyerang mereka, tetapi juga tidak menyerafig musuhnya. Gajah yang hanya sendirian akan lebih buas daripada dalam lingkungan sesamanya: mereka akan lebih jinak. Pasukan berkuda Muslimin telah menyerang
pengawal-pengawal pasukan gajah Persia itu. Sekarang pertempuran terjadi di sekitar hewan-hewan raksasa itu.
Mereka dibiarkan dalam kebingungan, tak tahu mana yang akan digempur dan mana yang tidak. Oleh karena itu pertempuran sengit berkecamuk lagi, pasang surut di kedua pihak silih berganti. Kadang pasukan Muslimin yang maju dipukul mundur oleh pihak Persia; adakalanya pasukan Persia yang maju dipukul mundur oleh pihak Muslimin.( )
Pasukan Persia merasa mendapat kekuatan dengan datangnya pengawalan Kaisar Yazdigird dari Mada'in sebagai bala bantuan. Tetapi semua itu tidak mengurangi semangat pasukan Muslimin dalam perjuangan ini.
Kiat Menghadapi Gajah
Hanya saja, tak lama ketika keadaan gajah-gajah itu sudah merasa terbiasa dengan situasi setempat dan pertempuran di sekitarnya makin memanas mereka kembali menyerang seperti ketika dalam pertempuran Armas. Sa’ad melihat gajah-gajah itu makin merajalela dan mencerai-beraikan regu-regu pasukan Muslimin.
Ketika ia menanyakan titik kelemahan gajah kepada beberapa orang Persia yang sudah menyerah dalam pertempuran, mereka berkata: Di belalai dan di matanya.
Saad lalu mengirim pesan kepada dua bersaudara Qa'qa' dan Asim dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah putih itu. Gajah ini berada di depan mereka. Kepada Hammal dan Ribbil — keduanya dari Banu Asad — ia berpesan dengan mengatakan: Wakililah saya menghadapi gajah yang berkudis itu. Gajah ini juga di depan mereka — dua gajah yang sangat rakus. Gajah-gajah yang lain semua mengikutinya. ( )
Qa'qa' dan Asim berjalan kaki lalu menancapkan tombaknya di mata gajah putih itu. Binatang itu beranjak mundur kesakitan sambil menggeleng-gelengkan kepala dan melemparkan saisnya, kemudian ia mengayun-ayunkan belalainya. Ketika itu Qa'qa' menebasnya dengan pedangnya.
Hammal dan Ribbil menyerang gajah yang berkudis dengan menusuk salah satu matanya dan menebas belalainya.
Kedua gajah itu melengking-lengking. Gajah yang berkudis kembali ke arah barisan pasukan Persia. Tetapi karena dihalau ia berbalik lagi menghadapi pasukan Muslimin.
Di sini ia ditusuk sehingga sempoyongan kian ke mari antara kedua barisan itu sambil melengking-lengking seperti suara babi. Sesudah itu ia berjalan cepat-cepat lalu terjun ke dalam sungai, yang kemudian diikuti semua gajah yang ada. ( )
Penunggang-penunggangnya pun terlempar dari punggung kawanan- hewan itu. Gajah-gajah itu sudah melewati sungai dan lari ke belakang tanpa menoleh lagi.
Sekarang perimbangan pertempuran itu menjadi kacau. Perbandingan pasukan Persia sudah mulai timpang ketika pasukan gajah mencerai-beraikan regu-regu pasukan Muslimin. Setelah barisan pasukan gajah itu kacau balau, kedua pasukan itu melihatnya dan berusaha menghalaunya dan menghindari bahayanya.
Sesudah dilihat menyeberangi Sungai Atiq dan lari membelakangi mereka, semangat pasukan Muslimin terasa makin kuat. Larinya gajah-gajah itu merupakan tanda kebesaran Allah dalam memberikan kemenangan melawan musuh. Tetapi pihak Persia masih membanggakan besarnya jumlah pasukan mereka dan bala bantuan yang dikirimkan Yazdigird kepada mereka.
Mereka kembali menyusun barisan dan memulai lagi pertempuran dengan semangat yang makin dipacu oleh larinya gajah-gajah itu. Dengan demikian terjadi lagi bentrokan antara kedua angkatan bersenjata yang sekarang sudah saling berhadapan itu. Pertempuran ini berlangsung sampai menjelang malam, dengan debu tebal yang sudah membubung pekat. Baik Sa’ad maupun Rustum sudah sama-sama tidak tahu giliran siapa waktu itu yang menang atau kalah.
Pertempuran hari ketiga ini berlangsung terus seolah dalam pikiran kedua pihak — Persia dan Muslimin — sama-sama tidak akan meletakkan senjata sebelum salah satunya hancur, dan seolah itu datang dari pikiran mereka sendiri di luar pendapat Sa’ad atau Rustum. Bahkan peristiwa itu terjadi tanpa setahu kedua penanggung jawab itu. Ya, itulah, karena takdir juga maka terjadi demikian. Dan jika Allah sudah menghendaki sesuatu tak akan dapat ditolak.
Sebenarnya pertempuran itu sudah mulai reda ketika gelap malam sudah mulai turun. Sa’ad telah memperkirakan bahwa kedua angkatan bersenjata itu sedang mempersiapkan diri untuk hari yang keempat dengan serangan yang lebih dahsyat dari Armas, Agwas dan Amas. Tetapi dia khawatir musuh akan datang dari tempat-tempat penyeberangan sungai yang dangkal di bawah markasnya. Maka ia mengirim Tulaihah dan Amr dalam satu regu dengan pesan: "Kalau mereka sudah mendahului kalian ke sana, turunlah kalian di seberang mereka; kalau ternyata kosong beritahukanlah dan tinggallah di sana sampai nanti datang perintahku."
Tetapi di tempat penyeberangan itu memang tak ada orang. Mereka tergoda ingin menyeberangi bagian sungai yang dangkal itu, dan mendatangi pihak Persia dari belakang. Mereka berselisih pendapat mengenai caranya. Tulaihah mengambil tempat di belakang markas dan bertakbir tiga kali. Pihak Persia sudah ketakutan, mereka mengira pasukan Muslimin bermaksud mengecoh mereka.
Pasukan Muslimin juga heran mendengar takbir itu. Mereka mengira bahwa pasukan Persia sudah menyerang anak buahnya maka ia pun bertakbir meminta pertolongan.
Di bawah tempat penyeberangan itu Amr lalu menyerang sekelompok pasukan Persia. Mereka yakin sekali pasukan Muslimin telah mengecoh mereka. Mereka pun segera mengatur barisan dan mulai bergerak. Qa'qa' melihat apa yang mereka lakukan itu! la pun bergerak ke arah mereka tanpa meminta izin terlebih dulu kepada Sa’ad.
Sa’ad menjenguk dari tempat duduknya di Qudais. Bergeraknya pasukan Persia itu sudah diperhitungkannya seribu kali. Melihat Qa'qa' juga bergerak ke arah mereka, dalam hatinya ia berkata: Allahumma ya Allah, ampunilah dia, berikanlah pertolongan kepadanya. Sudah kuizinkan dia, kendati ia tidak meminta izin kepadaku! Dan katanya kepada stafnya: Kalau mereka bertakbir tiga kali, mulailah kalian menyerang.
Tetapi tak lama ketika terdengar takbir pertama ia melihat Banu Asad sudah bergerak, dan Banu Nakha' menyerang, Bajilah langsung terjun ke dalam kancah yang berbahaya itu dan kabilah Kindah pun maju. la melihat api peperangan itu kini berkobar di sekitar Qa'qa'. la memohonkan pengampunan Allah untuk mereka semua dan berdoakan kemenangan bagi mereka. Kemudian berkumandang takbir yang kedua dan ketiga.
Setelah pasukan datang susul-menyusul, mereka menyambut pasukan Persia dengan pedang dan menyusup masuk ke tengah-tengah mereka. Bunyi pedang-pedang itu bergemerincingan dan berdencang-dencang seperti di tempat pandai besi. Prajurit-prajurit itu tak ada yang berbicara; mereka hanya berteriak. Makin mendekati malam, pertempuran makin dahsyat. Kedua pihak sama-sama berjuang mati-matian.
Baik Sa’ad maupun Rustum sudah tidak mendengar lagi suara-suara itu dan berita-berita pun sudah terputus. Mereka tidak tahu apa yang sekarang terjadi. Dengan penyakitnya itu Sa’ad tak berbuat apa-apa selain berdoa kepada Allah dengan permohonan yang sungguh-sungguh agar pasukan Muslimin diberi kemenangan. Malam itu Sa’ad tidak tidur, juga anggota-anggota pasukan itu tak ada yang tidur. .
Setelah sinar pagi mulai menguak di ufuk timur, pasukan-pasukan Muslimin bergabung kepada kabilah masing-masing. Ketika itu Sa’ad merasa lebih tenang bahwa pasukannya lebih unggul. Mereka berhasil menebas leher-leher pasukan Persia. Apalagi setelah mendengar Qa'qa'
membaca syairnya:
Sudah banyak kelompok prajurit yang kami bantai
Bagi kami melebihi kepala-kepala dalam mahkota yang berkuasa.
Kuserukan: Teruskan perjuangan, kendati mereka sudah mati.
Hanya kepada Allah aku bertawakal, tetapi selalu berhati-hati. (Bersambung).
(mhy)