Islam Terusir dari Andalusia: Kisah Kegagalan Islamisasi dan Arabisasi di Eropa

Selasa, 27 Agustus 2024 - 11:07 WIB
loading...
Islam Terusir dari Andalusia:...
Kegagalan terbesar Islam di Semenanjung Iberia atau Andalusia adalah Islamisasi dan Arabisasi yang tidak maksimal. Ilustrasi: Ist
A A A
Kekalahan umat Islam melawan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa adalah salah satu hal. Namun kegagalan terbesar Islam di Semenanjung Iberia atau Andalusia adalah Islamisasi dan Arabisasi yang tidak maksimal.

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut kegagalan terbesar penguasa Islam di Semenanjung Iberia adalah kegagalan dalam menyebarkan dakwah Islam terhadap penduduk pribumi.

Kekhalifahan Umayyah , Emirat Cordoba, Kekhalifahan Cordoba, Dinasti Murabithun, Kekhalifahan Muwahhidun, hingga pemerintahan Islam kecil diakhiri oleh Emirat Granada gagal menjalankan misi Islam yang sejatinya.

Para pemimpin Islam telah kehilangan semangat dalam menjalankan misi utama. "Pemimpin Islam di Semenanjung Iberia hanya berpikir ekspansi untuk memperluasa wilayah, mempertahankan kekuasaan, persaingan antara sesama Islam, meningkatkan pendapatan pemerintahan, dan sebagainya, yang mayoritas bersifat keduniawian," tulis Jati Pamungkas.



Hal tersebut berbeda ketika masa Khalifah Rasyidin dan juga ekspansi selama 100 tahun pertama. Pada masa itu Islam tidak hanya berhasil meluaskan wilayah dan membentuk pemerintahan Islam, namun juga yang terpenting adalah berhasil mengislamkan penduduk di luar bangsa Arab.

Bangsa Mesir , bangsa Berber, bangsa Persia , bangsa Rum di Syam merupakan bangsa-bangsa yang telah meninggalkan kepercayaan dan agama mereka untuk memeluk Islam.

Beralihnya penduduk pribumi ke Islam mempunyai makna bahwa mereka hidup sesuai kehidupan Islam dan bagian dari pemerintahan Islam pada waktu itu.

"Jika penduduk di Semenanjung Iberia memeluk Islam, mungkin alur sejarah akan lain, karena mereka tidak merasa mempunyai identitas sebagai orang-orang Kristen di Semenanjung Iberia," lanjut Jati Pamungkas.

Selama 781 Tahun

Islam masuk ke Semenanjung Iberia pada tahun 711 dan Andalusia sebagai pusat peradaban Islam. Sejak saat itu wilayah Andalusia dimasukkan ke dalam administrasi Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.



Pada waktu Kekhalifahan Umayyah runtuh pada tahun 750, Provinsi Andalusia berubah menjadi Emirat Cordoba dan melepaskan diri dari Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 756.

Pada tahun 929, Emirat Cordoba menjadi bentuk yang lebih besar dan sakral yaitu Kekhalifahan Cordoba, dan berakhir di tahun 1031.

Setelah berakhirnya pemerintahan berbentuk kekhalifahan, Kekhalifahan Cordoba terpecah menjadi pemerintahan kecil Islam di berbagai daerah yang disebut muluk al-thawaif.

Pada tahun 1090 pemerintahan kecil tersebut, atau thaifah, dikalahkan oleh Dinasti Murabithun yang datang dari Maghrib. Pada tahun 1147, Dinasti Murabithun dikalahakan Kekhalifahan Muwahhidun yang juga berasal dari dari daerah yang sama.

Pada tahun 1248, Kekhalifahan Muwahhidun dikalahkan oleh Kerajaan Castilla, begitu pula thaifah-thaifah kecil di Andalusia yang lainnya.



Pemerintahan Islam hanya menyisakan Thaifah Granada yang diberi kekuasaan di selatan oleh Kerajaan Castilla karena telah membantu Kerajaan Castilla dalam menaklukkan Kekhalifahan Muwahhidun.

Sejak tahun 1248, Thaifah Granada menjadi daerah bawahan Kerajaan Castilla.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3131 seconds (0.1#10.140)