Hari Kedua Perang Kadisiah: Pasukan Persia Tanpa Gajah, Pasukan Muslim di Atas Angin

Senin, 19 Oktober 2020 - 10:25 WIB
loading...
Hari Kedua Perang Kadisiah: Pasukan Persia Tanpa Gajah, Pasukan Muslim di Atas Angin
Ilustrasi/Ist
A A A
KENDATI segala apa yang dilakukan pasukan Muslimin begitu cemerlang serta perjuangannya yang sudah mati-matian, namun Sa’ad bin Abi Waqqash merasa sangat prihatin melihat jalannya pertempuran dengan cara pasukan Persia yang begitu keras serta besarnya jumlah pasukan dan cara-cara menggunakan pasukan gajah itu. ( )

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan waktu siang hari sudah habis dan matahari pun sudah terbenam, tetapi pertempuran tetap berkobar sengit sekali. Sesudah malam mulai sunyi, kedua angkatan bersenjata itu kembali ke posisinya masing-masing, satu sama lain membuat perhitungan untuk hari esok. Lebih-lebih pasukan Muslimin, setelah malapetaka menimpa mereka hari pertama itu. ( )

Mengenai Pertempuran Kadisiah hari pertama ini oleh para sejarawan diberi nama "Armas", tanpa ada yang menjelaskan mengapa diberi nama demikian. Menurut Haekal, kalangan orientalis menduga Armas adalah nama tempat terjadinya pertempuran itu. Rasanya tak ada alasan yang dapat mendukung pendapat ini, karena Pertempuran Kadisiah itu terjadi selama tiga hari satu malam di satu tempat, dan untuk setiap harinya diberi nama yang membedakannya.

Pada petang hari terjadinya pertempuran Armas kedua angkatan bersenjata itu kembali ke posisinya masing-masing. Begitu pagi keesokan harinya terbit, pasukan Muslimin dan pasukan Persia sudah sama-sama sibuk menguburkan mayat dan mengangkut mereka yang luka-luka. ( )

Pasukan Muslimin menguburkan mayat-mayat di sebuah lembah di dekat Uzaib dan yang luka-luka dipindahkan ke Uzaib untuk dirawat oleh kaum perempuan.

Pihak Persia menguburkan mayat-mayat mereka yang gugur di bagian belakang dan yang luka-luka dibawa ke seberang sungai.

Sementara kedua pihak sibuk dengan urusan itu Qa'qa' bin Amr at-Tamimi cepat-cepat berangkat dengan seribu anggota pasukannya yang dilepaskan dari Syam untuk memberikan pertolongan kepada pasukan Irak sesuai dengan perintah Khalifah Umar bin Khattab kepada Abu Ubaidah untuk menarik kembali pasukan Irak itu sesudah Allah memberikan kemenangan di Damsyik .

Qa'qa' bin Amr
Sesudah Damsyik dibebaskan dan pasukan Muslimin mendapat kemenangan di Fihl, Hasyim bin Utbah berangkat dengan enam ribu anggota tentaranya sebagai bala bantuan kepada Sa’ad bin Abi Waqqas, sedang Qa'qa' bin Amr di barisan depan cepat-cepat lebih dulu agar dapat menyusul Sa’ad sebelum terlambat. ( )

Qa'qa' inilah pahlawan yang menonjol yang oleh Abu Bakar dulu diperbantukan kepada Khalid bin Walid dalam perjalanan petang hari ke Irak. Ketika ada orang yang mengatakan: Memakai orang yang pasukannya tak mampu menangkap satu orang pun, Abu Bakar - menjawab: Selama masih ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalahkan.

Abu Bakar benar. Qa'qa' berangkat bersama Khalid dalam menyerang Irak yang di mata Khalid kedudukannya sama seperti Musanna bin Harisah, bahkan lebih dekat di hatinya dan lebih mendapat tempat. Itu sebabnya ia ditempatkan di Hirah menggantikannya ketika ia bertolak ke Dumat al-Jandal sebagai bala bantuan untuk Iyad bin Ganm. Kemudian ketika bertolak dari Irak ke Syam, di antara pasukannya itu dia yang dipilihnya. ( )

Dalam keadaannya itu memang tidak heran dialah yang paling berani menghadapi Persia di Irak dan yang paling mengetahui liku-liku perang mereka. Di samping itu tidak heran pula jika Hasyim bin Utbah yang didahulukan dan mempercepat pemberian pertolongan kepada Sa’ad dan pasukan Muslimin.

Dalam suatu pasukan yang di dalamnya ada orang seperti Qa'qa' tak akan dapat dikalahkan.

Pada waktu subuh keesokan harinya setelah peristiwa Armas itu Qa'qa' sudah berada di dekat Kadisiah. Untuk menunjang keteguhan hati para prajuritnya dalam pertempuran yang sangat menentukan itu, ia membagi keseribu anggota pasukannya ke dalam sepuluh kelompok, dengan pesan supaya satu kelompok boleh mulai bergerak setelah kelompok yang sebelumnya masih dalam pandangan mata. ( )

Kemudian dia sendiri bergerak memimpin kelompok pertama. Ia sampai ke tempat Sa’ad dan pasukannya di Kadisiah sebelum pertempuran dimulai lagi. Ia memberi salam dan memberitahukan tentang kedatangan pasukannya.

Setelah itu ia maju ke depan barisan dan mulai mengatur pertempuran setelah ia berkata kepada anak buahnya: Lakukanlah seperti yang akan kulakukan.

Sesudah kedua barisan angkatan bersenjata itu berhadap-hadapan, ia berkata: Siapa yang akan bertarung! Ketika itu Pengawal Istana maju memperkenalkan diri: Saya Bahman Jadhuweh! ( )

Saat itu Qa'qa' berteriak: Pembalasan atas Abu Ubaid, Salit dan rekan-rekannya dalam Pertempuran Jembatan. Perang mulut antara kedua orang itu tidak lama, Qa'qa' segera menyerbu Bahman dan Pengawal Istana itu pun tersungkur mati.

Orang menyaksikan segala yang telah dilakukannya itu. Juga pasukan yang datang berturut-turut dari Syam melihatnya. Mereka merasa mendapat tenaga baru, dan bencana yang menimpa mereka kemarin seolah tak pernah terjadi. Mereka merasa lebih bersemangat setelah sekali ini tidak lagi melihat pasukan gajah. Peti-peti yang diangkut kemarin itu sudah hancur dan pasukan Persia sedang sibuk memperbaikinya. Tetapi sebelum pekerjaan itu dapat diselesaikan mereka sudah terlibat lagi dalam pertempuran sengit. ( )

Ketika itu setiap melihat satu regu dari pasukannya Qa'qa' bertakbir yang disambut pula oleh anggota-anggota pasukannya dengan takbir pula. Dengan demikian semangat mereka makin tinggi, dan sebaliknya pada pasukan Persia timbul rasa gamang, bahwa bala bantuan itu datang tak putus-putusnya dan tak akan mungkin rasanya pasukan Rustum akan mampu menghadapinya.

Bagaimana akan mampu, mereka melihat Qa'qa' sendiri saja sudah dapat menjatuhkan siapa yang dihadapinya. Bahman si Pengawal Istana sudah dibuatnya terkapar! Dua orang pahlawan kawakan Persia berpengalaman lainnya akan mengadakan pembalasan atas kedua rekannya itu. Mereka bertarung melawan Qa'qa' yang ketika itu ditemani oleh Haris bin Zubyan bin al-Haris.

Seperti nasib Bahman, kedua pahlawan kawakan Persia itu pun tewas dalam duel itu. Kemudian Qa'qa' memanggil-manggil pasukannya: Hai kaum Muslimin, teruskan dengan pedang kalian! Mereka akan dapat dihabiskan hanya dengan itu! Mereka bersama menghunus pedang, menyerbu dan menghujani pasukan Persia dengan pukulan hingga sore. ( )

Abu Mihjan as-Saqafi
Dalam pada itu Mihjan as-Saqafi masih diikat dalam penjara, karena kedapatan minum khamr. Sa’ad bin Abi Waqqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya untuk ikut berjihad.

Abu Mihjan ini termasuk kesatria Arab yang sudah mereka buktikan. Sesudah pertempuran makin menjadi-jadi dan takbir mereka terus-menerus menggema di telinganya, sambil menyeret belenggu yang mengikatnya itu ia berusaha menghampiri Sa’ad untuk meminta maaf dan minta dilepaskan. Tetapi Sa’ad menghardiknya dan menyuruhnya kembali. ( )

Abu Mihjan pergi menemui istrinya Salma binti Hafs. la meminta agar ikatannya itu dilepaskan dan meminjamkan si Balqa', kuda Sa’ad. la bersumpah, kalau Allah menyelamatkannya ia akan kembali dan akan memasang lagi belenggu itu di kakinya.

Tetapi Salma menjawab: Itu bukan urusan saya! Mihjan kembali dan tampak sedih sekali. Sambil melompat-lompat dengan belenggu di kaki ia membaca syairnya, yang intinya:

Betapa sedih hatiku membiarkan kuda dalam kandang
Dan aku dibiarkan terbelenggu begini
Bila sudah melesat menghadapi musuh
Aku tak lagi mendengar siapa pun.

Dulu, aku yang kaya raya, yang banyak saudara
Kini ditinggalkan sebatang kara.

Tetapi, apa pun akibatnya
Aku tak akan melanggar janjiku kepada Allah.

Mendengar pembacaan sajak itu Salma merasa kasihan. Ia berkata: "Saya telah memohon kepada Allah kiranya pilihanku diterima-Nya, maka kuterima janjimu. Ia pun dilepaskan. Sekarang kuda Balqa' itu dikeluarkan dari kandang. Ia pergi dengan kuda itu berikut senjatanya.



Ia menyeruak ke tengah-tengah barisan dan sambil bertakbir ia memacu kudanya, kadang ke sayap kanan, kadangkala ke sayap kiri dengan menggunakan pedang membabati musuh-musuhnya. Orang tidak tahu, siapa pahlawan ini. Mereka mengira dia anak buah Hasyim bin Utbah.

Sa’ad bin Abi Waqqas yang melihatnya hanya dari gedung berkata: "Kalau tidak karena Abu Mihjan sekarang masih dalam penjara, tentu kukatakan, ini Abu Mihjan, dan itu Balqa' kudaku."



Setelah selesai hari itu, ia kembali ke tempatnya semula dan kembali memasang belenggu di kakinya. Sa’ad masih penasaran. Ketika ia turun dan melihat kudanya basah oleh keringat, hal itu ditanyakannya.

Salma menceritakan segala yang sudah terjadi. Sa’ad merasa senang sekali dan Abu Mihjan pun dibebaskan.

Pertempuran hari itu berlangsung terus sampai malam hari dan pasukan Muslimin melihat ada peluang akan menang. Sampai berapa jauh kegembiraan mereka setelah itu kita dapat mengacu pada sumber-sumber para sejarawan. Mereka menyebutkan bahwa Qa'qa' sendiri ketika itu berhasil membunuh tiga puluh orang. Dengan tak adanya pasukan gajah itu pasukan Muslimin merasa diringankan, dan makin berani.



Sebaliknya pasukan Persia merasa dirinya bertambah lemah. Para sejarawan itu menambahkan bahwa sepupu-sepupu Qa'qa' menyelubungi seekor unta dan menutupi mukanya lalu disodorkan ke depan, yang oleh pasukan Persia dikira gajah. Pengaruhnya terhadap mereka ketika itu seperti pengaruh pasukan gajah terhadap pasukan Muslimin di Armas.

Melihat itu kuda Persia berlarian. Ketika itulah pasukan Muslimin mendapat kesempatan menghajar dan membantai anggota-anggota pasukan Persia. Begitu bersemangat sebagian anggota pasukan itu sampai-sampai ada yang menerobos masuk ke tengah-tengah barisan lawan dengan tujuan hendak membunuh Rustum.

Sesudah ia berada di dekatnya dan sudah siap menghantamkan pedangnya, dari pihak Persia ada yang tampil menghadang dan Rustum diselamatkan.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3659 seconds (0.1#10.140)