Kisah Ayah dan Anak yang Sahid dalam Memerangi Nabi Palsu

Senin, 13 Juli 2020 - 17:40 WIB
loading...
A A A


Thufail bagaikan terpaku di tempat itu sampai Rasulullah pulang. Lalu ia mengikuti Rasulullah sampai ke rumahnya. Setelah beliau masuk, Thufail pun masuk pula. Setelah mereka duduk, Thufail berkata kepada Rasulullah: “Ya, Muhammad! Sesungguhnya kaum Anda berkata kepadaku tentang diri Anda begini dan begitu. Mereka menakut-nakutjku berhubung dengan urusan agama Anda. Oleh karenanya aku menyumbat telingaku dengan kapas agar tidak mendengar perkataan Anda. Tetapi Allah menghendáki supaya aku mendengar sesuatu dan Anda. Ternyata apa yang Anda ucapkan semuanya benar dan bagus. Maka ajarkanlah kepadaku agama Anda itu!”

Selanjutnya Rasulullah mengajarkan kepada Thufail perihal agama Islam. Dibacakannya surat Al-Ikhlas dan Al-Falaq. "Demi Allah! Belum pernah aku mendengar kalimat-kalimat seindah itu. Dan belum pernah aku mengenal agama yang lebih baik daripada Islam ini," ujar Thufail.

Setelah itu ia ulurkan tangannya kepada Rasululullah, lalu mengucapkan dua kalimah syahadat. "Sejak itu aku masuk Islam. Kemudian aku menetap di Makkah beberapa lama, mempelajari agama Islam kepada beliau. Aku menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat ku hafal," ujar Thufail berkisah.



Ketika Thufail bermaksud hendak kembali kepada kaumnya, ia mengatakan ke pada Nabi Muhammad, “Rasulullah! Aku ini pemimpin yang dipatuhi oleh kaumku. Aku bermaksud hendak kembali kepada mereka dan mengajak mereka masuk Islam. Tolonglah do’akan kepada Allah SWT, semoga Allah memberi ku bukti-bukti nyata yang dapat memperkuat da’wahku kepada mereka, supaya mereka masuk Islam.”

Rasulullah lalu berdoa. Menurut Thufail, di tengah perjalanan pulang, ketika ia sampai di tempat yang dimuliakan kaumnya, keluarlah suatu cahaya di antara kedua matanya seperti lampu.

Ia mendo’a, “Wahai Allah! Pindahkanlah cahaya ini ke tempat lain, karena kalau cahaya ini terletak di antara kedua mataku, aku kuatir kalau-kalau kaumku menyangka mataku telah kèna tulah karena meninggalkan agama berhala...”



Maka dengan izin Allah cahaya itu dipindahkan ke ujung tongkatnya, bagaikan sebuah kandil tergantung. Setelah ia berada di tengah-tengah kaumnya, yang pertama tama mendatanginya adalah ayahnya yang sudah berusia lanjut. “Menjauhlah daripadaku! Aku bukan lagi putera ayah, dan ayah bukan bapakku lagi!” ujar Thufail.

“Mengapa begitu, hai anakku?“ tanya sang Ayah.

“Aku telah masuk Islam. Aku adalah pengikut agama Nabi Muhammad SAW,” jawabnya.

‘Wahai anakku! Bagaimana kalau aku masuk agamamu. Supaya agama menjadi agamaku pula?” tanya sang ayah.

“Kalau begitu pergilah ayah mandi lebih dahulu. Bersihkan badan dan pakaian ayah. Sesudah itu kembalilah ke sini, supaya aku ajarkan kepada ayah apa yang telah ku pelajari tentang Islam,” ujar Thufail kemudian.



Sang ayah pergi mandi membersihkan badan dan pakaiannya. Sesudah itu Thufail mengajarkan kepadanya tentang Islam, Lalu dia masuk Islam.

Kemudian datang pula isterinya. Sama seperi kepada ayahnya, Thufail berkata kepadanya, “Menjauh daripadaku! Aku bukan suamimu lagi, dan engkau tidak pula isteriku lagi.”

“Mengapa begitu, hai Thufail?” tanya isterinya heran.

“Islam telah memisahkan aku dan engkau. Aku telah masuk Islam dan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW,” katanya menjelaskan.

Baca Juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW

Lihat Juga: Meriahkan Ramadan, Hotel Sahid Serpong Hadirkan 40 Makanan Kampung Cilenggang
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4103 seconds (0.1#10.140)