Saat Sultan Abdul Hamid II di Bawah Ancaman Konspirasi Utsmani Muda
Jum'at, 31 Juli 2020 - 09:27 WIB
Dia menawarkan tiga jawaban atas tiga pertanyaan tersebut. Pertama, sebab-sebab kehancuran pemerintahan Utsmani adalah disebabkan oleh faktor ekonomi dan politik; Kedua, pendidikan adalah sarana yang paling mungkin untuk membendung kehancuran tersebut; Ketiga, perbaikan utama yang harus dilakukan adalah mulai membangun sebuah negara yang mendasarkan sistemnya pada sistem sentralistik yang sesuai dengan undang-undang.
Namiq Kamal memandang bahwa sistem-sistem Utsmani telah diganti dengan kekuasaaan sultan-sultan yang berada di tangan Albab Al-Ali, atau pejabat-pejabat tinggi dan para menteri.
Dengan demikian, aturan yang ada jauh lebih rendah daripada sistem Utsmani yang lama. Akibatnya dengan sistem ini, pemerintahan Utsmani tidak mampu membangun dan membangkitkan sektor ekonominya. Bahkan ironisnya dengan sistem ini, membuka banyak peluang masuknya intervensi negara-negara Barat dalam urusan dan masalah-masalah internal pemerintahan Utsmani.
Namiq Kamal mengemukakan tentang hak-hak alami yang merupakan asas filsafat Barat modern. Kemudian Namiq Kamil mengajukan proyek perubahan undang-undang Utsmani kepada Medhat Pasya.
Namiq Kamal sangat terpengaruh dengan undang-undang Prancis (yakni undang-undang yang dibuat oleh Napoleon III 1852 M). Ia melihat bahwa undang-undang yang serupa dengan undang-undang Prancislah yang saat ini paling cocok untuk kondisi pemerintahan Utsmani masa itu.
Namiq Kamal adalah sahabat dekat Medhat Pasya. Oleh sebab itulah, dia termasuk orang yang sangat terpengaruh dengan pemecatan Sultan dari kedudukannya.
Sosok Labil
Mengenai Namiq Kamal ini, Sultan Abdul Hamid menyebutkan dalam buku catatan hariannya: “Kamal Beik (Namiq Kamal) adalah orang yang paling banyak menyita perhatian saya di antara orang-orang yang menyebut dirinya Sebagai ‘Utsmani Baru’.
Dia adalah sosok yang sangat labil. Sosok di mana antara kehidupan keluarganya tidak sesuai dengan kehidupan pribadinya dan antara kehidupan penanya sangat kontradiksi dengan kehidupan pemikirannya.
Mungkin kau bisa menyebutkan bahwa seseorang mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu atau tidak mampu. Namun hal ini tidak mau kau lakukan pada pribadi Kamal Beik. Sebab dia sendiri tidak tahu siapa dirinya. Kau bisa katakan bahwa dia adalah salah satu dari orang-orang yang sangat langka. Seorang yang memiliki kepribadian ganda. Di mana setiap langkah hidupnya selalu berbeda dengan yang lain sesuai dengan kondisinya.
Barang siapa yang mengenalnya dari dekat, mereka akan tahu bahwa dia tatkala dekat dengan beberapa orang dia menulis Al-Tarikh Al-Utsmani, namun tatkala hubungan itu putus maka mereka akan mengenal dia adalah orang yang memotong kepala ikan besar dengan ucapannya, 'Anjinglah orang yang merasa aman dengan pemburu yang tidak adil.’
Sesungguhnya dia adalah orang yang tidak punya komitmen. Mungkin ada orang yang demikian ikhlas, sehingga memungkinkan hanya dalam hitungan jam telah kau jadikan dia memiliki cara pikir seperti cara kamu berpikir, namun tidak mungkin bagimu mengetahui hitungan jam atau hari-hari di mana kau akan bawa pikiran-pikiran itu."
Tatkala Sultan Abdul Hamid menyadari bahwa sekelompok “Orang-orang Utsmani Baru” yang dipimpin oleh Medhat Pasya selalu melakukan tekanan terus-menerus agar dia menerima pemikiran-pemikiran mereka, dan memaksanya terlibat dalam perang Rusia-Utsmani, maka Sultan dengan cara yang cerdas memecah anggota-anggota organisasi ini.
Namiq Kamal memandang bahwa sistem-sistem Utsmani telah diganti dengan kekuasaaan sultan-sultan yang berada di tangan Albab Al-Ali, atau pejabat-pejabat tinggi dan para menteri.
Dengan demikian, aturan yang ada jauh lebih rendah daripada sistem Utsmani yang lama. Akibatnya dengan sistem ini, pemerintahan Utsmani tidak mampu membangun dan membangkitkan sektor ekonominya. Bahkan ironisnya dengan sistem ini, membuka banyak peluang masuknya intervensi negara-negara Barat dalam urusan dan masalah-masalah internal pemerintahan Utsmani.
Namiq Kamal mengemukakan tentang hak-hak alami yang merupakan asas filsafat Barat modern. Kemudian Namiq Kamil mengajukan proyek perubahan undang-undang Utsmani kepada Medhat Pasya.
Namiq Kamal sangat terpengaruh dengan undang-undang Prancis (yakni undang-undang yang dibuat oleh Napoleon III 1852 M). Ia melihat bahwa undang-undang yang serupa dengan undang-undang Prancislah yang saat ini paling cocok untuk kondisi pemerintahan Utsmani masa itu.
Namiq Kamal adalah sahabat dekat Medhat Pasya. Oleh sebab itulah, dia termasuk orang yang sangat terpengaruh dengan pemecatan Sultan dari kedudukannya.
Sosok Labil
Mengenai Namiq Kamal ini, Sultan Abdul Hamid menyebutkan dalam buku catatan hariannya: “Kamal Beik (Namiq Kamal) adalah orang yang paling banyak menyita perhatian saya di antara orang-orang yang menyebut dirinya Sebagai ‘Utsmani Baru’.
Dia adalah sosok yang sangat labil. Sosok di mana antara kehidupan keluarganya tidak sesuai dengan kehidupan pribadinya dan antara kehidupan penanya sangat kontradiksi dengan kehidupan pemikirannya.
Mungkin kau bisa menyebutkan bahwa seseorang mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu atau tidak mampu. Namun hal ini tidak mau kau lakukan pada pribadi Kamal Beik. Sebab dia sendiri tidak tahu siapa dirinya. Kau bisa katakan bahwa dia adalah salah satu dari orang-orang yang sangat langka. Seorang yang memiliki kepribadian ganda. Di mana setiap langkah hidupnya selalu berbeda dengan yang lain sesuai dengan kondisinya.
Barang siapa yang mengenalnya dari dekat, mereka akan tahu bahwa dia tatkala dekat dengan beberapa orang dia menulis Al-Tarikh Al-Utsmani, namun tatkala hubungan itu putus maka mereka akan mengenal dia adalah orang yang memotong kepala ikan besar dengan ucapannya, 'Anjinglah orang yang merasa aman dengan pemburu yang tidak adil.’
Baca Juga
Sesungguhnya dia adalah orang yang tidak punya komitmen. Mungkin ada orang yang demikian ikhlas, sehingga memungkinkan hanya dalam hitungan jam telah kau jadikan dia memiliki cara pikir seperti cara kamu berpikir, namun tidak mungkin bagimu mengetahui hitungan jam atau hari-hari di mana kau akan bawa pikiran-pikiran itu."
Tatkala Sultan Abdul Hamid menyadari bahwa sekelompok “Orang-orang Utsmani Baru” yang dipimpin oleh Medhat Pasya selalu melakukan tekanan terus-menerus agar dia menerima pemikiran-pemikiran mereka, dan memaksanya terlibat dalam perang Rusia-Utsmani, maka Sultan dengan cara yang cerdas memecah anggota-anggota organisasi ini.
Lihat Juga :