Sayid Quthub: Masyarakat Jahiliyah Modern Menolak Kekuasaan Allah Ta'ala

Kamis, 24 September 2020 - 05:00 WIB
"Ketika itulah kita harus memulai usaha kita dari dasar, menumbuhkan akar. Semua perjuangan dan usaha kita harus diarahkan untuk mewujudkan kekuasaan Allah di muka bumi ini... Manakala kekuasaan ini telah terwujudkan, maka perkara amar ma'ruf nahi mungkar dapat dibangun pada landasan yang telah dibuat itu," tuturnya.

Usaha ini memerlukan kepada keimanan, dan pengetahuan tentang hakikat iman, serta peranannya dalam tatanan hidup manusia.




Iman dalam hal ini menjadikan seluruh ketergantungan disandarkan kepada Allah SWT, yang menciptakan kepercayaan bahwa Dia akan memberikan pertolongan dalam melakukan kebaikan --walaupun untuk ini memakan masa yang cukup panjang-- serta membuat pahala di sisi-Nya. Oleh sebab itu, orang yang melakukan tugas tersebut tidak boleh menunggu balasan di muka bumi ini, penghargaan dari masyarakat yang tersesat, dan dukungan dari para pengikut jahiliyah di mana pun berada.




As-SyahidSayid Quthub menjelaskan sesungguhnya semua nash-nash al-Qur'an dan hadis Nabi SAW yang menyebutkan perkara amar ma'ruf dan nahi mungkar selalu berbicara tentang kewajiban seorang Muslim dalam masyarakat Muslim yang mengakui bahwa kekuasaan itu hanyalah milik Allah SWT; masyarakat yang menetapkan hukum berdasarkan syari'ah-Nya; walaupun kadang-kadang masih terjadi tindakan hukum sewenang-wenang, dan masih tersebarnya perbuatan dosa di dalamnya.

Begitulah, kita menemukan sabda Rasulullah SAW. "Perjuangan yang paling utama ialah mengucapkan kalimat yang hak di depan pemimpin yang zalim." Dia dapat dikatakan sebagai pemimpin kalau dia mengakui kekuasaan Allah dan menetapkan hukum dengan syari'ah-Nya.




Seseorang yang tidak menetapkan hukum berdasarkan syari'ah Allah SWT maka dia tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin, karena Allah SWT berfirman:

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

"... barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orangyang kafir." (QS al-Ma'idah: 44)

Masyarakat jahiliyah yang tidak menetapkan hukum berdasarkan syari'ah Allah, adalah pelaku kemungkaran yang paling besar, pelaku kemungkaran yang menjadi sumber segala bentuk kemungkaran...




Menurut As-SyahidSayid Quthub, masyarakat ini dapat dianggap menolak ketuhanan Allah, karena menolak syari'ah-Nya dalam kehidupan manusia... "Kemungkaran paling besar, mendasar, dan mengakar inilah yang harus dilenyapkan terlebih dahulu sebelum kita memberantas pelbagai bentuk kemungkaran kecil yang bercabang darinya," ujarnya.

Sesungguhnya upaya para pejuang, perjuangan orang-orang yang saleh memerangi kemungkaran yang kecil akan sia-sia dan tidak ada gunanya, karena kemungkaran itu bersumber dari kemungkaran yang pertama, yang paling besar... yakni kemungkaran yang berbentuk keberanian terhadap Allah SWT, menolak ketuhanan Allah, menolak syari'ah-Nya dalam kehidupan ini.




As-SyahidSayid Quthub menegaskan sesungguhnya tidak ada gunanya bagi kita memerangi berbagai bentuk kemungkaran yang bersumber dari kemungkaran utama, karena kemungkaran kecil itu hanya merupakan buah darinya.

Lalu dengan apakah kita memberikan keputusan hukum terhadap orang yang melakukan kemungkaran? Timbangan apakah yang kita pergunakan untuk menimbang amal perbuatan mereka, sehingga kita dapat mengatakan: "Ini perbuatan mungkar, maka jauhilah ia"?




As-SyahidSayid Quthub mengatakan, mungkin sekali Anda mengatakan, "Sesungguhnya ini adalah perbuatan mungkar," kemudian pada kala yang sama muncul dari berbagai arah orang yang menyergah Anda, (mengatakan kepada Anda) "Tidak, sesungguhnya ini bukan perbuatan mungkar."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Al Aghar Al Muzanni, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, sesungguhnya aku beristighfar sebanyak seratus kali dalam sehari.

(HR. Muslim No. 4870)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More