Usaha Arabisasi Pemerintahan Utsmani yang Mengundang Pertentangan

Senin, 27 Juli 2020 - 08:05 WIB
loading...
A A A
Masa studi di sekolah ini adalah lima tahun. Sekolah ini adalah sekolah pemerintah, sehingga semua pembiayaan ditanggung pemerintah Utsmani yang menyangkut semua kebutuhan siswa. Setiap siswa akan mendapatkan “liburan khusus silaturahim”. Liburan ini diberikan sebanyak sekali dalam dua tahun. Pembiayaan liburan (pulang kampung) semuanya ditanggung pemerintah.

Alumni dari sekolah ini bisa memasuki sekolah tinggi militer dan mereka mendapatkan pangkat yang tinggi. Sebagaimana, mereka pula bisa melanjutkan ke sekolah kerajaan dan bukan sekolah militer. Di sekolah ini mereka belajar selama setahun dan mendapat gelar Qaimmaqam. Barulah setelah itu mereka kembali ke negerinya masing-masing.



Selain itu, Sultan Abdul Hamid juga mendirikan institut muballigh dan dai yang akan ditugaskan untuk menyeru ke dalam agama Islam dan Pan-Islamisme. Setelah keluar, mereka menyebar di seluruh pelosok negeri Islam menyeru manusia kepada agama Islam, dan menyerukan pada khilafah serta Pan-Islamisme.

Muslim Cina
Ash-Shalabi menulis, Sultan Abdul Hamid memiliki pandangan yang sangat tajam dan jauh ke depan. Oleh sebab itulah dia sangat memperhatikan kalangan muslim yang ada di Cina .

Sebuah surat kabat yang terbit di Istanbul menyebutkan, bahwa sejumlah kaum muslimin di Cina yang sangat bersemangat dan cinta ilmu ingin untuk belajar ilmu-ilmu keislaman. Mereka memiliki lembaga-lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah. Di Beijing saja-menurut surat kabar itu-ada sekitar 38 masjid, yang berfungsi sebagai tempat kaum muslimin menunaikan ibadah salat. Dalam khutbah-khutbahnya, para imam menyebut khalifah kaum muslimin Sultan Abdul Hamid II.



Khutbah-khutbah yang berada di Beijing menggunakan bahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Doa yang mereka bacakan untuk Sultan tidak hanya terbatas dan terjadi di Beijing saja, namun menyebar ke seluruh mesjid yang ada di Cina.

Di Beijing, ibu kota Cina, berdiri sebuah universitas dengan nama yang dinisbatkan kepada Sultan Abdul Hamid II, yaitu Darul Ulum Al-Hamidiyah atau dalam istilah duta besar Perancis di Istanbul, ia menyebutnya dengan Universitas Al-Hamidiyah Beijing, ketika melaporkan kepada kementrian War negerinya di Paris.

Peresmian universitas itu dihadiri oleh ribuan kaum muslimin Cina. Juga hadir pada kesempatan itu, Mufti kaum muslimin di Beijing serta kalangan ulama Islam yang lain. (Baca juga: Sujud Syukur Dunia Islam Sambut Kemenangan Al-Fatih, Hagia Sophia Jadi Masjid )

Khutbah pada peresmian itu menggunakan bahasa Arab. Khatib membacakan doa untuk Sultan Abdul Hamid. Setelah itu mufti Beijing menerjemahkan khutbah itu ke dalam bahasa Cina dan berdoa dengan menggunakan bahasa Cina.

Sebagian besar kaum muslimin yang hadir menangis karena sangat gembira dengan peristiwa itu. Kaum muslimin memiliki ikatan yang kuat antara satu dengan yang lain. Mereka diikat oleh ikatan agama yang sama.

Pembacaan khutbah dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa agama kaum muslimin, serta diangkatnya panji Utsmani di depan universitas itu, telah mendatangkan pengaruh yang kuat di kalangan kaum muslimin yang memiliki hati yang bersih sehingga membuat air mata mereka mengalir dengan deras. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1857 seconds (0.1#10.140)