Allah Ta'ala Paling Mencintai Hamba yang Berakhlak Baik

Kamis, 11 Juni 2020 - 15:12 WIB
loading...
Allah Taala Paling Mencintai Hamba yang Berakhlak Baik
Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan seseorang dengan mengharapkan pahala dari Allah. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat . Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik. ( )

Kedudukan akhlak dalam Islam sangat tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( أحب عباد الله إلى الله أحسنهم خلقًا ))

“Hamba yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala adalah yang paling baik akhlaknya.”



Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:

تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)



Juga beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحِبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)



Juga ada banyak sekali hadis-hadis yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik, juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang akan didapatkan oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan di akhirat.

Menurut Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah", manusia terdiri dari jasab (tubuh kasar) yang melihat dengan mata, dan ruh dan jiwa yang melihat dengan mata hati, dan masing-masing punya bentuk dan rupa, bisa buruk dan bisa indah.



Khuluq (akhlak, perilaku) adalah ungkapan dalam jiwa yang tetap. Darinya muncul berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa membutuhkan berpikir dan tertunda.

Seseorang tidak dikatakan berakhlak yang baik sehingga hal itu menetap dalam tubuhnya, dan muncul darinya berbagai perbuatan dengan mudah. Adapun orang yang memaksakan satu perbuatan dengan berat maka tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah akhlaknya.

.

Contohnya, orang yang berusaha memberikan harta karena kebutuhan sesaat atau diam saat marah dengan berat dan susah payah, tidak bisa dikatakan, akhlaknya adalah pemurah dan tidak pemarah.

Sesungguhnya penampilan lahiriyah tidak mungkin mengubahnya, sementara akhlak merupakan kebalikan hal itu, di mana ia menerima perubahan. Karena inilah adanya agama, dakwah kepada akhlak yang mulia, amar ma’ruf dan nahi munkar, dan didapatkan wasiat, nasihat dan adab. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال تعالى : ﴿ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ﴾ [ الرعد: 11]

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. ar-Ra’ad:11)



Mengusahakan akhlak yang baik lagi baru sangat mungkin dengan mujahadah dan latihan jiwa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Rabb-nya agar menunjukkannya kepada akhlak yang terbaik dan memberi taufik kepadanya untuk berakhlak dengannya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( اللهم اهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت واصرف عني سيئها لا يصرف عني سيئها إلا أنت)) [أخرجه النسائي]

Ya Allah, tunjukkan kepadaku akhlak yang terbaik yang tidak bisa menunjukkan kepada yang terbaiknya kecuali Engkau. Palingkanlah dariku akhlak yang terburuk, tidak ada yang bisa memalingkannya dariku kecuali Engkau. (HR. an-Nasa`i).

a Menawar

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( وخالق الناس بخُلُق حسن ))

“Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”

Sebagian ulama mengumpulkan tanda-tanda akhlak yang baik, yaitu banyak malu, sedikit mengganggu, banyak berbuat baik, benar lisan, sedikit bicara, banyak ilmu, sedikit keliru, sedikit melakukan yang sia-sia, berbuat baik, menyambung silaturrahim, tenang, sabar, suka berterima kasih, ridha, santun, lembut, penyayang, tidak mengutuk, tidak mencela, tidak mengadu domba, tidak mengumpat, tidak terburu-buru, tidak dengki, tidak kikir, tidak iri, muka berseri, cinta dan benci karena Allah subhanahu wa ta’ala, ridha dan marah karena Allah subhanahu wa ta’ala.( ).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من شيءٍ يوضع في الميزان أثقل من حسن الخلق وإن صاحب حسن الخلق ليبلغ به درجة صاحب الصوم والصلاة)) [أخرجه الترمذي].

‘Tidak ada sesuatu yang diletakkan di mizan (timbangan) yang lebih berat dari akhlak yang baik. Dan sesungguhnya orang yang memiliki akhlak yang baik sungguh mencapai derajat orang yang puasa dan salat.’ (HR At-Tirmidzi).

Asma' menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang memiliki akhlak yang baik diberikan keutamaan agung ini karena orang yang puasa dan salat di malam hari berjuang terhadap jiwa mereka dalam melawannya.



Adapun yang memperbaiki akhlaknya bersama manusia, padahal berbeda-beda sifat dan perilaku mereka, menurut Asma', maka seolah-olah ia berjuang melawan jiwa yang banyak. "Ia mendapatkan yang didapatkan oleh orang yang puasa dan salat di malam hari dalam taat maka keduanya sama dalam derajat, bahkan lebih," tuturnya.

Kemudian, bagi akhlak yang baik ada beberapa faedah, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan atasnya. Ada yang berkata: ia tidak membantah karena sangat mengenal Allah subhanahu wa ta’ala. Ada yang berkata, ia dekat dengan manusia dan asing di antara mereka. Ada yang berkata, ridha kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Akhlak Nabi
Allah telah mensifati NabiNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Al-Qur’anul Karim dengan akhlak yang sempurna, akhlak yang agung dan akhlak yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾

“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)



Dan dahulu Nabi SAW adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling sempurna adabnya, paling baik pergaulannya, paling indah muamalahnya. Beliau adalah contoh bagi seluruh hamba dalam segala akhlak yang baik, segala adab yang indah dan segala muamalah yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Persoalan akhlak dalam syariat Islam adalah persoalan yang sangat luas, tidak khusus dalam pergaulan sesama makhluk. Akan tetapi akhlak dan adab juga antara seorang hamba dan Tuhannya. Juga dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan akhlak juga di antara sesama manusia.(

Maka dari itu seluruh orang yang beribadah menyembah kepada selain Allah, berarti dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Di mana akhlak orang yang Allah Ta’ala ciptakan, Allah Ta’ala berikan dia rizki, Allah karuniakan kepadanya begitu banyak nikmat, kemudian dia berdo’a kepada selain Allah, memalingkan ibadah kepada selain Allah. Maka orang musyrik adalah orang yang paling buruk akhlaknya, karena kesyirikan adalah bagian dari akhlak yang buruk.

Bahkan kesyirikan adalah seburuk-buruknya akhlak. Maka seseorang tidak boleh tertipu dengan pergaulan baik yang dilakukan oleh sebagian orang kafir. Karena hal itu mereka lakukan demi maslahat dunia dan tujuan-tujuan dunia. Mereka sama sekali tidak mengharapkan sesuatu di sisi Allah Ta’ala dan pahala pada hari pertemuan denganNya.

Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan seseorang dengan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala agar ia mendapatkan surga dan derajat yang tinggi di akhirat nanti. ( )

Hadits-hadis yang menjelaskan atau menganjurkan untuk berakhlak dengan akhlak yang baik menyebutkan balasan akhlak tersebut akan didapatkan pada hari kiamat. Yaitu dengan dimasukkannya ke dalam surga atau mendapatkan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Dan semakin baik akhlak seseorang karena ia mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala, maka akan semakin besar balasan dan pahala yang akan dia dapatkan dari Allah Ta’ala. Wallahu'alam. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2398 seconds (0.1#10.140)