Hukum Mengeluh bagi Orang yang Sedang Menderita Sakit

Minggu, 25 Desember 2022 - 09:35 WIB
loading...
A A A
Dalam Al-Mubdi' fi Syarh al-Muqni disebutkan Imam Ahmad biasanya memuji Allah terlebih dahulu, baru setelah itu beliau memberitahukan apa yang dideritanya, mengingat riwayat dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Apabila menyampaikan syukur terlebih dahulu sebelum menyampaikan keluhan, maka tidaklah dia dinilai berkeluh kesah."

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul-Bari mengomentari perkataan Nabi SAW dalam hadis Aisyah ("kepala saya juga sakit") dengan mengatakan:

"Riwayat ini menunjukkan bahwa mengatakan sakit tidak termasuk berkeluh kesah. Sebab betapa banyak orang yang hanya berdiam tetapi hati mereka merasa jengkel (marah), dan betapa banyak orang yang mengadukan sakitnya tetapi hatinya merasa ridha. Maka yang perlu diperhatikan di sini adalah amalan hati, bukan amalan lisan.



Menerima Keluhan
Di sisi lain, bagi orang yang menerima keluhan hendaklah ia berusaha meringankan penderitaan si sakit dengan membelainya atau menyentuhnya dengan penuh kasih sayang, dengan perkataan yang menyejukkan hati, dan dengan doa yang baik, sebaggaimana yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap Sa'ad.

Aisyah binti Sa'ad meriwayatkan bahwa ayahnya bercerita, "Ketika saya di Mekkah, saya mengadukan sakit yang berat, kemudian Nabi SAW menjenguk saya. Kemudian beliau menaruh tangan beliau dan mengusapkannya pada muka dan perut saya, seraya berdoa:

"Ya Allah, sembuhkanlah Sa'ad, dan sempurnakanlah hijrahnya."

Sa'ad berkata, "Maka saya senantiasa merasakan dinginnya tangan beliau di hati saya --menurut perasaan saya-- hingga hari kiamat." (Al-Adabul-Mufrad, karya al-Bukhari, hadis nomor 509).

Ibnu Mas'ud juga berkata, "Saya pernah masuk ke tempat Rasulullah SAW ketika beliau sedang sakit parah, lalu saya belai beliau dengan tangan saya sembari berkata, 'Wahai Rasulullah, sakitmu sangat berat.' Beliau menjawab, 'Benar, sebagaimana yang diderita oleh dua orang di antara kamu.' Saya berkata, 'Hal itu karena engkau mendapat dua pahala?' Beliau menjawab, 'Benar.' Kemudian beliau bersabda:

"Tidak seorang muslim yang ditimpa suatu gangguan berupa penyakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya." (Al-Bukhari, hadits nomor 5660).



Selain itu, hendaklah ia berusaha meringankan penderitaan si sakit dengan mengingatkannya akan keutamaan sabar terhadap cobaan Allah dan ridha menerima qadha-Nya, mengingatkannya akan pahala orang yang mendapatkan ujian lantas ia bersabar dan rela menerimanya. Hendaklah ia mengingatkan bahwa penyakit yang menimpanya adalah untuk menyucikan dan menebus dosa-dosanya, untuk menambah kebaikannya, atau untuk meninggikan derajatnya.

Di samping itu, ia juga sebaiknya diberi pengertian bahwa orang yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang yang memiliki derajat di bawahnya, dan seterusnya. Perlu juga diingatkan kepadanya tentang ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi, serta biografi para shalihin yang sekiranya dapat menenangkan dan memantapkan hatinya, tidak menjadikannya jenuh dan berat.

Kemudian sebaiknya ia diajari dengan sesuatu yang dapat meninggikan jiwanya, sebagaimana yang dilakukan Nabi SAW terhadap Utsman bin Abil 'Ash.

Adapun mengenai pengaduan kepada Sang Pencipta Yang Maha Luhur, maka Al-Qur'an telah mengisahkan beberapa orang Nabi as yang mulia. Di antaranya Al-Qur'an mengisahkan Nabi Ya'qub as yang mengatakan:

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku ..." (QS Yusuf: 86)

Demikian pula ketika mengisahkan Nabi Ayub as:

"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: '(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS al-Anbiya': 83)

Ayat-ayat ini sekaligus menyangkal anggapan golongan sufi yang mengatakan bahwa berdoa merusak keridhaan dan penyerahan. Dalam hal ini sebagian mereka berkata, "Pengetahuan-Nya tentang keadaanku tidak memerlukan aku meminta kepada-Nya."

Tetapi yang perlu ditegaskan di sini bahwa berdoa dan memohon kepada Allah adalah ibadah, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1698 seconds (0.1#10.140)