Khalid bin Walid, Peristiwa Yamamah, dan Detik-Detik Menentukan dalam Sejarah Islam

Rabu, 26 Agustus 2020 - 15:29 WIB
Ilustrasi/Ist
KEKALAHAN pasukan di bawah komando Ikrimah tatkala menyerang Musailamah di Yamamah memberi ruang kepada Khalid bin Walid untuk membuktikan dialah pahlawan perang genius. ( )

Tak heran jika Khalifah Abu Bakar juga memperkuat pasukan Khalid. Khalifah menulis surat kepada Syurahbil bin Hasanah agar tetap tinggal di tempat dia berada sampai Khalid datang. Bila tugasnya sudah selesai dengan Musailamah, Syurahbil diperbantukan kepada Amr bin As untuk menghadapi Quda'ah di utara Semenanjung Arab. ( )

Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menjelaskan, sementara pasukan Khalid bergerak menuju Yamamah, pasukan Musailamah bertemu dengan brigade Syurahbil, yang kemudian terpaksa menarik diri mundur. Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa Syurahbil bertindak seperti Ikrimah dan ingin merebut kemenangan sebagai kebanggaan. Tetapi ia mengalami nasib seperti yang dialami Ikrimah juga. Namun barangkali persoalannya tidak demikian.

Sementara menunggu kedatangan Khalid itu Syurahbil menarik mundur pasukannya ketika bertemu dengan pasukan yang datang dari Yamamah. Apa pun yang terjadi, namun Syurahbil bertahan sampai pasukan Muslimin datang. Syurahbil memilih mundur tanpa harus terjebak dengan pihak lawan. Hal itu dimaksudkan untuk memperkuat semangat pasukan bila mereka sampai mendapat kemenangan. ( )

Pasukan Khalid berturut-turut memasuki Yamamah dan berita ini sampai pula kepada Musailamah. Ketika itu Mujja'ah bin Murarah berangkat dalam sebuah satuan hendak mengadakan balas dendam kepada Banu Amir dan Banu Tamim. Ia khawatir akan kehilangan kesempatan jika harus menghadapi pasukan Muslimin.

Setelah berhasil melaksanakan balas dendamnya Mujja'ah kembali dengan pasukannya. Begitu sampai di tanjakan Yamamah mereka sudah letih sekali dan langsung tidur. Tetapi pasukan Khalid menyadari dan segera menyusul mereka. Khalid tahu mereka itu adalah Banu Hanifah. ( )

Menurut perkiraannya mereka bergegas hendak menyerangnya, maka diperintahkan supaya didahului. Bahwa kala mereka keluar hendak membalas dendam untuk urusan mereka sendiri, rupanya tak ada gunanya. Ketika ditanya pendapat mereka tentang Islam, mereka menjawab: Dari kami seorang nabi dan dari kalian seorang nabi. Mujja 'ah sebagai sandera. ( )

Salah seorang dari mereka — Sariyah bin Amir — sambil memperlihatkan pedang kepada Khalid berkata: "Hai laki-laki, jika engkau menghendaki masa depan kota ini baik atau buruk, biarkanlah orang ini hidup."

Ia berkata begitu sambil menunjuk kepada Mujja'ah. Orang ini oleh Khalid dijadikan sandera, dibiarkan tidak dibunuh, karena dia termasuk salah seorang pemimpin Banu Hanifah, yang di kalangan mereka sendiri mendapat tempat terhormat. ( )

Di samping itu Khalid memang memerlukan bantuannya dalam memberikan pendapat. Ia dibelenggu dengan rantai besi dan ditempatkan di kemahnya, dengan tugas menjaga istrinya yang baru, Laila Umm Tamim.

Sementara itu, Musailamah sudah mengerahkan pasukannya di Aqraba' di pinggiran Yamamah, dan segala harta kekayaan di tempatkan di belakangnya. Pasukan ini terdiri dari 40.000 orang prajurit — ada yang menyebutkan 60.000. Di kalangan Arab jumlah tentara sebesar itu jarang terdengar.



Baca juga
: Trio Jenderal Bertempur Bersama Perangi Kaum Murtad di Oman

Khalid datang keesokan harinya setelah Mujja'ah disandera. Pasukan yang sudah siap tempur itu dibariskannya di hadapan pasukan Musailamah. Kedua angkatan perang itu sekarang saling memasang mata untuk menggempur. Masing-masing memperkirakan nasibnya tergantung pada peristiwa hari ini. Dalam membuat perkiraan itu keduanya memang tidak berlebihan.

Peristiwa Yamamah itu adalah detik-detik yang sangat menentukan dalam sejarah Islam, begitu juga dalam sejarah Arab. ( )

Kekuatan Musailamah adalah kekuatan murtad dan pembangkangan yang gigih dan jelas sekali dalam menentang kenabian Muhammad yang bukan hanya untuk Quraisy, tetapi juga untuk segenap umat manusia.

Kekuatan ini menjadi pusat perhatian, dari Yaman, Oman, Mahrah, Bahrain, Hadramaut sampai ke semua daerah selatan Semenanjung, menyusur turun dari Makkah, Ta'if sampai ke Teluk Aden.



Kemudian Persia pun mengarahkan perhatiannya ke sana. Pasukan Musailamah itu sangat percaya kepadanya dan bersedia mati untuk itu. Ditambah lagi dengan adanya permusuhan lama antara Hijaz dengan selatan Semenanjung.

Pasukan Muslimin merupakan inti kekuatan yang melindungi dan membela agama Allah serta ajarannya. Untuk itu Khalid-lah panglimanya yang terbesar, yang pernah dikenal sejarah pada masanya. Di antara mereka itu terdapat sahabat-sahabat yang hafal Qur'an. Mereka datang dengan jantung yang penuh iman, bahwa berjuang di jalan Allah dan mempertahankan agama-Nya yang hak adalah kewajiban pertama bagi orang beriman, merupakan fardu ain bagi setiap orang yang mengerti. ( )

Kalau sudah begitu, tentu tak ada jalan lain. Pertempuran dahsyat pasti terjadi. Inilah yang akan menjadi teladan, betapa besar dan hebatnya kekuatan iman itu. (Bersambung)

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian? Orang-orang menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

(HR. Bukhari No. 801)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More