Anggota Pasukan Infantri Itu Ternyata Seorang Filsuf

Senin, 15 Juni 2020 - 15:36 WIB
loading...
A A A


Sejak saat itu orang-orang mulai memanggilnya Miqdad bin Aswad al-Kindi, bukan Miqdad bin Amr. Ini adalah cara orang Arab menunjukkan cinta mereka terhadap seseorang.

Miqdad menjadi muslim ketika usianya 24 tahun. Dia bertemu dengan Nabi Muhammad SAW secara diam-diam. Ketika Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berhijarah ke Madinah, Miqdad pun ikut hijrah.



Setelah turunnya ayat mulia yang melarang merangkaikan nama anak angkat dengan nama ayah angkatnya dan mengharuskan merangkaikannya dengan nama ayah kandungnya, maka naman Miqdad kembali dihubungkan dengan nama ayahnya yaitu Amr bin Sa'ad.

دْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab : 5)



Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yang mula pertama masuk Islam, dan orang ketujuh yang menyatakan keislamannya secara terbuka dengan terus terang, dan menanggungkan penderitaan dari amarah murka dan kekejaman Quraisy yang dihadapinya dengan kejantanan para ksatria dan keperwiraan kaum Hawari!

Perjuangannya di medan Perang Badar menjadi tugu peringatan yang selalu semarak takkan pudar. Perjuangan yang mengantarkannya kepada suatu kedudukan puncak, yang dicita dan diangan-angankan oleh seseorang untuk menjadi miliknya

Berkatalah Abdullah bin Mas'ud yakni seorang sahabat Rasulullah: "Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad, sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini…”



Menolak Menjadi Amir
Miqdad bukanlah orang yang haus kekuasaan. Suatu kala ia diangkat oleh Rasulullah sebagai amir atau gubernur di suatu daerah. Tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi bertanya: "Bagaimanakah pendapatmu menjadi amir?"

Maka dengan penuh kejujuran dijawabnya: "Engkau telah menjadikan daku menganggap diri di atas semua manusia sedang mereka semua di bawahku. Demi yang telah mengutus Engkau membawa kebenaran, semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya.”

Seorang laki-laki yang tak hendak tertipu oleh dirinya, tak hendak terpedaya oleh
kelemahannya. ( )

Dipegangnya jabatan sebagai amir, hingga dirinya diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan menolak untuk menjadi amir lagi setelah pengalaman pahit itu.

Miqdad menepati janji akan sumpahnya itu. Semenjak itu ia tak pernah mau menerima jabatan amir.

Miqdad selalu mendendangkan Hadis yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, yakni : "Orang yang berbahagia , ialah orang yang dijauhkan dari fitnah!"

Oleh karena jabatan sebagai amir (pemimpin) itu dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan atau hampir menimbulkan fitnah bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya, ialah menjauhinya. (Baca juga: Membakar Masjid Kaum Munafik, Matinya Abdullah Bin Ubay )

Hati-Hati
Di antara madhhar atau manifestasi filsafatnya ialah tidak tergesa-gesa dan sangat hati-hati menjatuhkan putusan atas seseorang. Dan ini juga dipelajarinya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam yang telah menyampaikan kepada ummatnya: "bahwa hati manusia lebih cepat berputarnya daripada isi periuk di kala menggelegak "
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4306 seconds (0.1#10.140)