Ujian Kekayaan: Dari Tiga Orang, Hanya Lulus Satu Orang
Selasa, 14 Juli 2020 - 19:38 WIB
Alkisah, Allah menguji tiga orang dengan penyakit dan kemiskinan . Tiga orang ini kemudian diberi kesembuhan dan diberi kekayaan . Dari dua orang tersebut, hanya satu yang lulus ujian.
Kisah ini diriwayatkan Bukhari Muslim dalam Shahih-nya. Dari Abu Hurairah bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda, ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu: penderita lepra, orang berkepala botak, dan orang buta.
Allah ingin menguji mereka bertiga. Diutuslah kepada mereka seorang Malaikat yang menyamar sebagai manusia. Pertama-tama datanglah Malaikat itu kepada si penderita lepra dan bertanya kepadanya, "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?"
"Rupa yang elok, kulit yang indah, dan apa yang telah menjijikkan orang-orang ini hilang dari tubuhku." jawab lelaki berpenyakit lepra itu.
Malaikat itu pun mengusap-usap penderita lepra itu, maka hilanglah penyakit yang dideritanya. Bukan hanya itu, lelaki itu pun diberi wajah elok dan kulit yang bersih dan indah.
Setelah itu Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Unta atau sapi," jawabnya. Malaikat itu pun memberi seekor unta yang bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini."
Selanjutnya, Malaikat tersebut mendatangi orang berkepala botak dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?"
"Rambut yang indah dan hilang dari kepalaku apa yang telah menjijikkan orang-orang."
Maka diusaplah kepalanya, dan ketika itu hilanglah penyakitnya serta diberilah ia rambut yang indah.
Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Sapi atau unta," jawabnya.
Malaikat itu memberi seekor sapi bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan sapi ini."
Hal yang sama dilakukan kepada si buta yang meminta disembuhkan kebutaannya. Lalu Allah mengembalikan penglihatannya.
"Lalu, kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Kambing," jawabnya. Maka diberilah ia seekor kambing bunting.
Waktu berselang, maka berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga orang pertama mempunyai selembah unta, orang kedua mempunyai selembah sapi, dan orang ketiga mempunyai selembah kambing.
Kemudian datanglah Malaikat itu lagi kepada orang yang sebelumnya menderita lepra dengan kembali menyamar sebagai manusia yang miskin dan berpenyakit lepra, laiknya dirinya yang dulu.
"Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku, sehingga aku tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda," ujarnya. "Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang elok, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku meminta kepada anda seekor unta saja untuk bekal melanjutkan perjalananku."
Orang ini tidak memenuhi permintaan itu. Ia bilang tanggungannya banyak. Malaikat pun berkata kepadanya, "Sepertinya aku mengenal anda. Bukankah anda ini yang dulu menderita lepra, orang-orang jijik kepada anda, lagi pula ada orang melarat, lalu Allah memberi Anda kekayaan?'"
"Sungguh, harta kekayaan ini hanyalah aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat," bantah orang itu.
Maka Malaikat itu berkata kepadanya, "Jika anda berkata dusta, niscaya Allah mengembalikan anda kepada keadaan anda semula."
Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Anak yang Saleh, Pemilik Sapi Betina
Selanjutnya, Malaikat tersebut juga mendatangi orang yang sebelumnya botak. Malaikat itu juga tampil seperti lelaki botak yang miskin. Dia berkata kepadanya seperti yang dia katakan kepada orang yang pernah menderita lepra. Respon yang sama ditunjukkan si botak yang kini sudah rupawan itu.
Maka berkatalah Malaikat itu kepadanya, "Jika anda berkata dusta, niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan semula."
Terakhir, Malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta. Malaikat tersebut tampil seperti orang buta yang miskin. Berkatalah Malaikat itu kepadanya seperti yang dikatakan kepada bekas penderita lepra dan penderita botak.
"Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal
melanjutkan perjalananku," katanya.
Si buta, dia pemilik jiwa yang suci bersih penuh dengan iman dan taqwa. Dia memandang si peminta, dia teringat keadaannya dahulu semasa dia masih buta dan miskin.
Dia membuka keadaan sebenarnya kepada peminta, "Dahulu aku adalah seorang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku dan aku miskin, lalu Allah membuatku kaya."
Si buta tidak hanya memberi satu ekor kambing, akan tetapi dia memberi pilihan kepada peminta untuk mengambil atau membiarkan sesukanya. Dia berkata kepada peminta, "Ambil apa yang kamu mau. Demi Allah, aku tidak mempersulit dirimu dengan memintamu mengembalikan apa yang kamu ambil karena Allah."
Pada saat itu Malaikat membuka hal yang sebenarnya kepadanya. Dia berkata kepadanya, "Peganglah hartamu. Aku hanya menguji kalian. Allah telah meridhaimu dan memurkai kedua temanmu."
Tiga orang ini mewakili dua contoh yang berbeda, contoh orang yang bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan orang yang kufur kepada-Nya. Dengan syukur, nikmat akan terjaga. Dengan kufur, nikmat akan lenyap dan terangkat.
Kikir dan Bakhil
Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil , pelit alias kikir dan hilang arah. Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. ( )
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.
Islam sangat membenci sifat bakhil karena sifat tercela ini menjadi salah satu dari karakter orang munafik yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi agamanya. Rasulullah SAW bersabda;
وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR Muslim).
Pada awalnya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun sebagai langkah tepat menuju kebahagiaan. Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, karena kekikirannya.
Dan, tidak sampai pada kekikiran semata, sikap yang demikian juga mengundang datangnya sifat yang membinasakan berikutnya yakni kesombongan.
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ ۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِىٓۚ أَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً۬ وَأَڪۡثَرُ جَمۡعً۬اۚ
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS Al-Qashshash : 78).
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr : 9)
Orang yang memiliki sifat kikir menunjukkan bahwasanya keimanannya kepada Allah dan terhadap akhirat kurang. Rasulullah SAW bersabda:
وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
“Tidak akan berkumpul sifat kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i no. 3110)
Seandainya dia adalah orang yang beriman dengan iman yang benar maka dia akan yakin bahwasanya harta yang dia keluarkan akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dia tidak akan khawatir jika menginfakkan sebagian dari hartanya. Dia akan selalu mengusahakan dirinya untuk bersedekah dan bersedekah, karena dia yakin sedekahnya adalah bukti dari keimanannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
“Bahwa sedekah itu adalah bukti.” (HR Muslim no. 223)
Allah memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134).
Hikmah Hadis
Kembali ke kisah tiga orang yang diuji oleh Allah dalam kisah di atas. Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab hadis tentang orang berpenyakit lepra, orang buta dan orang botak di Bani Israil (6/500 no. 3464). Dan Bukhari menyebutkannya secara ringkas sebagai penguat dalam Kitabul Iman wan Nudzur, (11/540), no. 6653.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaiq, (4/2275), no. 2964. Hadis ini dalam Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 18/398.
Syaikh Umar menyebut pelajaran dan faedah hadis ini.
1. Ujian Allah kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana yang terjadi pada tiga orang ini, agar terlihat mana yang syukur dan mana yang kufur. Mana yang baik dan mana yang busuk.
2. Keutamaan bersyukur dalam kebahagiaan. Dan di antara bentuk syukur adalah mendermakan sebagian harta kepada yang berhak. Disebutkan juga akibat kufur nikmat. Di antara bentuk kufur nikmat adalah kikir, tidak memberikan harta kepada fakir miskin yang berhak menerima.
3 Jika Allah memberkahi harta seseorang, maka ia akan tumbuh dan berkembang. Ia menjadi harta yang melimpah ruah. Harta tiga orang yang diuji melimpah. Masing-masing memiliki harta yang memenuhi lembah, padahal semuanya hanya berawal dari satu. Dan harta yang melimpah bisa binasa dan lenyap dalam waktu yang singkat.
6. Banyaknya harta bukan merupakan bukti kecintaan Allah kepada seorang hamba. Allah menguji orang-orang dengan memberi mereka harta seperti tiga orang dalam hadis ini.
7. Allah mampu menyembuhkan penyakit-penyakit sulit yang dikira oleh banyak orang tidak bisa sembuh, seperti penyakit lepra, kebotakan, dan kebutaan. ( )
Kisah ini diriwayatkan Bukhari Muslim dalam Shahih-nya. Dari Abu Hurairah bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda, ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu: penderita lepra, orang berkepala botak, dan orang buta.
Allah ingin menguji mereka bertiga. Diutuslah kepada mereka seorang Malaikat yang menyamar sebagai manusia. Pertama-tama datanglah Malaikat itu kepada si penderita lepra dan bertanya kepadanya, "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?"
"Rupa yang elok, kulit yang indah, dan apa yang telah menjijikkan orang-orang ini hilang dari tubuhku." jawab lelaki berpenyakit lepra itu.
Malaikat itu pun mengusap-usap penderita lepra itu, maka hilanglah penyakit yang dideritanya. Bukan hanya itu, lelaki itu pun diberi wajah elok dan kulit yang bersih dan indah.
Setelah itu Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Unta atau sapi," jawabnya. Malaikat itu pun memberi seekor unta yang bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini."
Selanjutnya, Malaikat tersebut mendatangi orang berkepala botak dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?"
"Rambut yang indah dan hilang dari kepalaku apa yang telah menjijikkan orang-orang."
Maka diusaplah kepalanya, dan ketika itu hilanglah penyakitnya serta diberilah ia rambut yang indah.
Malaikat pun bertanya lagi kepadanya, "Kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Sapi atau unta," jawabnya.
Malaikat itu memberi seekor sapi bunting dan didoakan, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan sapi ini."
Hal yang sama dilakukan kepada si buta yang meminta disembuhkan kebutaannya. Lalu Allah mengembalikan penglihatannya.
"Lalu, kekayaan apa yang paling kamu senangi?"
"Kambing," jawabnya. Maka diberilah ia seekor kambing bunting.
Waktu berselang, maka berkembang biaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga orang pertama mempunyai selembah unta, orang kedua mempunyai selembah sapi, dan orang ketiga mempunyai selembah kambing.
Kemudian datanglah Malaikat itu lagi kepada orang yang sebelumnya menderita lepra dengan kembali menyamar sebagai manusia yang miskin dan berpenyakit lepra, laiknya dirinya yang dulu.
"Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku, sehingga aku tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda," ujarnya. "Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang elok, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku meminta kepada anda seekor unta saja untuk bekal melanjutkan perjalananku."
Orang ini tidak memenuhi permintaan itu. Ia bilang tanggungannya banyak. Malaikat pun berkata kepadanya, "Sepertinya aku mengenal anda. Bukankah anda ini yang dulu menderita lepra, orang-orang jijik kepada anda, lagi pula ada orang melarat, lalu Allah memberi Anda kekayaan?'"
"Sungguh, harta kekayaan ini hanyalah aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat," bantah orang itu.
Maka Malaikat itu berkata kepadanya, "Jika anda berkata dusta, niscaya Allah mengembalikan anda kepada keadaan anda semula."
Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Anak yang Saleh, Pemilik Sapi Betina
Selanjutnya, Malaikat tersebut juga mendatangi orang yang sebelumnya botak. Malaikat itu juga tampil seperti lelaki botak yang miskin. Dia berkata kepadanya seperti yang dia katakan kepada orang yang pernah menderita lepra. Respon yang sama ditunjukkan si botak yang kini sudah rupawan itu.
Maka berkatalah Malaikat itu kepadanya, "Jika anda berkata dusta, niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan semula."
Terakhir, Malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta. Malaikat tersebut tampil seperti orang buta yang miskin. Berkatalah Malaikat itu kepadanya seperti yang dikatakan kepada bekas penderita lepra dan penderita botak.
"Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku meminta seekor kambing saja untuk bekal
melanjutkan perjalananku," katanya.
Si buta, dia pemilik jiwa yang suci bersih penuh dengan iman dan taqwa. Dia memandang si peminta, dia teringat keadaannya dahulu semasa dia masih buta dan miskin.
Dia membuka keadaan sebenarnya kepada peminta, "Dahulu aku adalah seorang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku dan aku miskin, lalu Allah membuatku kaya."
Si buta tidak hanya memberi satu ekor kambing, akan tetapi dia memberi pilihan kepada peminta untuk mengambil atau membiarkan sesukanya. Dia berkata kepada peminta, "Ambil apa yang kamu mau. Demi Allah, aku tidak mempersulit dirimu dengan memintamu mengembalikan apa yang kamu ambil karena Allah."
Pada saat itu Malaikat membuka hal yang sebenarnya kepadanya. Dia berkata kepadanya, "Peganglah hartamu. Aku hanya menguji kalian. Allah telah meridhaimu dan memurkai kedua temanmu."
Tiga orang ini mewakili dua contoh yang berbeda, contoh orang yang bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan orang yang kufur kepada-Nya. Dengan syukur, nikmat akan terjaga. Dengan kufur, nikmat akan lenyap dan terangkat.
Kikir dan Bakhil
Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil , pelit alias kikir dan hilang arah. Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. ( )
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.
Islam sangat membenci sifat bakhil karena sifat tercela ini menjadi salah satu dari karakter orang munafik yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal karakter orang yang beriman adalah siap berkorban dengan apa saja demi agamanya. Rasulullah SAW bersabda;
وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR Muslim).
Pada awalnya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun sebagai langkah tepat menuju kebahagiaan. Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, karena kekikirannya.
Dan, tidak sampai pada kekikiran semata, sikap yang demikian juga mengundang datangnya sifat yang membinasakan berikutnya yakni kesombongan.
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ ۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِىٓۚ أَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً۬ وَأَڪۡثَرُ جَمۡعً۬اۚ
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS Al-Qashshash : 78).
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr : 9)
Orang yang memiliki sifat kikir menunjukkan bahwasanya keimanannya kepada Allah dan terhadap akhirat kurang. Rasulullah SAW bersabda:
وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
“Tidak akan berkumpul sifat kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i no. 3110)
Seandainya dia adalah orang yang beriman dengan iman yang benar maka dia akan yakin bahwasanya harta yang dia keluarkan akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dia tidak akan khawatir jika menginfakkan sebagian dari hartanya. Dia akan selalu mengusahakan dirinya untuk bersedekah dan bersedekah, karena dia yakin sedekahnya adalah bukti dari keimanannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ
“Bahwa sedekah itu adalah bukti.” (HR Muslim no. 223)
Allah memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134).
Hikmah Hadis
Kembali ke kisah tiga orang yang diuji oleh Allah dalam kisah di atas. Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab hadis tentang orang berpenyakit lepra, orang buta dan orang botak di Bani Israil (6/500 no. 3464). Dan Bukhari menyebutkannya secara ringkas sebagai penguat dalam Kitabul Iman wan Nudzur, (11/540), no. 6653.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabuz Zuhd war Raqaiq, (4/2275), no. 2964. Hadis ini dalam Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 18/398.
Syaikh Umar menyebut pelajaran dan faedah hadis ini.
1. Ujian Allah kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana yang terjadi pada tiga orang ini, agar terlihat mana yang syukur dan mana yang kufur. Mana yang baik dan mana yang busuk.
2. Keutamaan bersyukur dalam kebahagiaan. Dan di antara bentuk syukur adalah mendermakan sebagian harta kepada yang berhak. Disebutkan juga akibat kufur nikmat. Di antara bentuk kufur nikmat adalah kikir, tidak memberikan harta kepada fakir miskin yang berhak menerima.
3 Jika Allah memberkahi harta seseorang, maka ia akan tumbuh dan berkembang. Ia menjadi harta yang melimpah ruah. Harta tiga orang yang diuji melimpah. Masing-masing memiliki harta yang memenuhi lembah, padahal semuanya hanya berawal dari satu. Dan harta yang melimpah bisa binasa dan lenyap dalam waktu yang singkat.
6. Banyaknya harta bukan merupakan bukti kecintaan Allah kepada seorang hamba. Allah menguji orang-orang dengan memberi mereka harta seperti tiga orang dalam hadis ini.
7. Allah mampu menyembuhkan penyakit-penyakit sulit yang dikira oleh banyak orang tidak bisa sembuh, seperti penyakit lepra, kebotakan, dan kebutaan. ( )
(mhy)