Gampang Menangis, Sayyidah Aisyah Ragukan Abu Bakar Bisa Jadi Imam Salat

Senin, 10 Agustus 2020 - 12:24 WIB
Ilustrasi Khalifah Abu Bakar. Foto/Ilustrasi/Ist
TAHUN kesepuluh Hijriyah Rasulullah melaksanakan ibadah haji perpisahan. Abu Bakar Ash-Shiddiq juga ikut serta. Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam berangkat bersama semua istrinya, yang juga diikuti oleh seratus ribu orang Arab atau lebih. ( )

Sepulang dari melaksanakan ibadah haji, Nabi tidak lama lagi tinggal di Madinah . Ketika itu dikeluarkannya perintah supaya satu pasukan besar disiapkan berangkat ke Syam, terdiri dari kaum Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab .

Pasukan itu sudah bermarkas di Jurf (tidak jauh dari Madinah) tatkala tersiar berita, bahwa Rasulullah jatuh sakit. Perjalanan itu tidak diteruskan dan karena sakit Rasulullah bertambah keras, orang makin cemas. ( )

Karena sakit bertambah berat juga maka Nabi meminta Abu Bakar memimpin salat . Disebutkan bahwa Sayyidah Aisyah RA pernah mengatakan setelah sakit Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam semakin berat, Bilal menyerukan azan untuk mengajak bersembayang. “Suruh Abu Bakar memimpin salat!” ujar Rasulullah kepada Aisyiah.



Aisyah berkata: “Rasulullah, Abu Bakar cepat terharu dan mudah menangis. Kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja?”

“Suruh Abu Bakar memimpin sembahyang!” perintah Nabi lagi.

Lalu Aisyah meminta Hafsah menyampaikan ke Nabi: “Beritahukanlah kepadanya bahwa Abu Bakar orang yang cepat terharu dan kalau dia menggantikanmu suaranya tak akan terdengar. Bagaimana kalau perintahkan kepada Umar saja!” ( )

Usul itu pun disampaikan oleh Hafsah kepada Rasulullah. Tetapi kata Nabi lagi: “Kamu seperti perempuan-perempuan yang di sekeliling Yusuf . Suruhlah Abu Bakar memimpin sembahyang.”

Kemudian kata Hafsah kepada Aisyah: “Usahaku tidak lebih baik dari yang kaulakukan."

Akhrinya Abu Bakar bertindak memimpin salat sesuai dengan perintah Nabi. Suatu hari, karena Abu Bakar tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak bersembahyang, maka Umar yang diminta mengimami salat. Suara Umar cukup lantang, sehingga ketika mengucapkan takbir di mesjid terdengar oleh Nabi Muhammad dari rumah Aisyah, maka katanya: "Mana Abu Bakar? Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian." ( )

Haekal mengatakan dengan itu orang menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakar sebagai penggantinya kelak, karena memimpin orang-orang salat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.

Sementara masih dalam sakitnya itu suatu hari Rasulullah keluar ke tengah-tengah kaum Muslimin di mesjid, dan antara lain ia berkata: "Seorang hamba oleh Allah disuruh memilih tinggal di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih berada di sisi Allah."



Kemudian diam. Abu Bakar segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan ia menangis, seraya katanya: "Kami akan menebus Tuan dengan jiwa kami dan anak-anak kami."

Setelah itu Nabi Muhammad minta semua pintu mesjid ditutup kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakar.



Kemudian katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakar: "Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman) maka Abu Bakar-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya."



Pada hari ketika ajal Nabi tiba ia keluar waktu subuh ke mesjid sambil bertopang kepada Ali bin Abi Thalib dan Fadl bin al-Abbas. Abu Bakar waktu itu sedang mengimami orang-orang bersembahyang. Ketika kaum Muslimin melihat kehadiran Nabi, mereka bergembira luar biasa. Tetapi Nabi memberi isyarat supaya mereka meneruskan salat.

Abu Bakar merasa bahwa mereka berlaku demikian karena ada Rasulullah. Abu Bakar surut dari tempatnya. Tetapi Nabi memberi isyarat agar diteruskan. Lalu Rasulullah duduk di sebelah Abu Bakar, salat sambil duduk. Lepas salat Nabi kembali ke rumah Aisyah. ( )

Tetapi tak lama kemudian demamnya kambuh lagi. Ia minta dibawakan sebuah bejana berisi air dingin. Diletakkannya tangannya ke dalam bejana itu dan dengan begini ia mengusap air ke wajahnya. Tak lama kemudian ia telah kembali kepada Zat Maha Tinggi, kembali ke sisi Allah.

Rasulullah telah meninggalkan dunia kita setelah Allah menyempurnakan agama ini bagi umat manusia, dan melengkapi kenikmatan hidup bagi mereka.



Apa pulakah yang dilakukan orang-orang Arab itu kemudian? Menurut Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr, beliau tidak meninggalkan seorang pengganti, juga tidak membuat suatu sistem hukum negara yang terinci. Hendaklah mereka berusaha (berijtihad) sendiri. Setiap orang yang berijtihad akan mendapat bagian. (Baca juga: Akhlak Umar bin Khattab dan Kesedihannya Ketika Nabi Wafat)
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Busr, seorang badui bertanya: Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu? Rasulullah shallallahu 'alahi wa salam menjawab: Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.

(HR. Tirmidzi No. 2251)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More